warga menunjukkan air sumur yang keruh dan berwarna hitam

Jembrana (Metrobali.com)-

Sejumlah warga Banjar Tengah Desa Tegal Badeng Barat Kecamatan Negara, resah. Air sumur untuk kebutuhan sehari-hari, kini tidak bisa dimanfaatkan lantaran tercemar limbah pabrik. Warga menduga air limbah tersebut berasal dari IPAL Pabrik Bali Maya Permai. Pasalnya selain berbau, air sumur warga juga nampak keruh kehitaman.

Terkait pencemaran tersebut, Kasadi, salah seorang warga Banjar Tengah Desa Tegal Badeng Barat, mengaku telah melaporkan masalah tersebut ke Perbekel. Pihaknya juga berencana akan melaporkan ke instansi terkait di Pemkab Jembrana. “Kalau tidak ditindaklanjuti, kami akan laporkan ke polisi” ujar Kasadi, Kamis (13/2).

Menurutnya, lantaran tercemar limbah pabrik, air sumur warga kini tidak bisa digunakan lagi, baik untuk diminum  maupun untuk mandi. Pasalnya keberadaan IPAL sangat dekat dengan pemukiman penduduk. “Saya yakin tercemar limbah pabrik, karena menampungan limbah (IPAL) sangat dengan dengan rumah penduduk” terangnya.

Hal senada juga dikatakan Subadri. Untuk kebutuhan sehari-hari pihaknya terpaksa membeli air. Menurutnya limbah pabrik tersebut terkadang sengaja dibuang oleh penjaga IPAL. “Baunya minta ampun, kami pernah menegurnya, tapi tidak ditanggapi. Kami sudah ambil sampel air sumur untuk dibawa ke lab, sehingga tahu tercemarnya karena apa” tandasnya.

Perbekel Desa Tegal Badeng Barat, Kadek Sudiana saat dikonfirmasi membenarkan sejumlah warganya mengeluh lantaran air sumurnya tercemar limbah pabrik. Menindaklanjuti keluhan warga, pihaknya langsung melakukan pengecekan ke Pabrik Bali Maya Permai dan pihak pabrik mengakui ada kesalahan teknis dan IPAL sudah over kapasitas, sehingga airnya meluber. “Kami sudah memediasi kedua belah pihak, dan pihak perusahaan sepakat akan menindaklanjuti” jelas Sudiana, Kamis (13/2).

Sementara, Manajemen PT Bali Maya Permai, Putut Wibisono saat dikonfirmasi membantah jika IPAL sudah over kapasitas. Pihaknya juga membantah telah membuang limbah ke lahan warga. “IPAL itu bisa menampung sampai 1000 m3, sekarang separuhnya saja belum” jelasnya.

Putut mengatakan terjadinya pencemaran pada air sumur warga, karena sumur warga berdekatan dengan septic tank. “Mungkin saja karena tercemar dari limbah rumah tangga mereka sendiri, lalu IPAL yang dituding, bisa saja kan begitu” ujarnya.

Terkait pendakalan sungai, menurut Putut bukan karena limbah pabrik Bali Maya. Namun harus dilihat dari hulu hingga ke hilir. Jalan AMD salurannya sudah dangkal dan banyak sampah-sampah, sehingga sudah tidak terbentuk DAS lagi. “Tidak bisa diklaim itu akibat dari pabrik Bali Maya, tapi lihat dari hulu hingga ke hilir” pungkasnya. MT-MB