Denpasar,(Metrobali.com) Agar tidak punah, keberadaan Subak harus dipertahankan dan dilestarikan dengan berbagai upaya salah satunya adalah melalui kegiatan Evaluasi Subak Se-Bali. Demikian dikatakan IB Adnyana Kasi Adat Dan Tradisi Dinas Kebudayaan Propinsi Bali sebagai koordinator Tim saat melakukan evaluasi di Subak Pagutan Padang Sambian Kaja Denbar kemarin lusa. Turut mendampingi Wawali IGN Jaya Negara, Kadis Kebudayaan Denpasar Md. Mudra, Bendesa, Majelis Madya, Camat Denbar dan SKPD terkait, Sabtu (7/10).

Dalam sambutannya Adnyana lebih jauh mengatakan, pesatnya perkembangan dunia pariwisata di Bali ternyata berdampak terhadap beberapa sektor lainnya. Salah satunya makin berkurangnya keberadan Subak di Bali akibat maraknya alih fungsi lahan yang terjadi. Melihat kenyataan ini tentu diperlukan upaya dan usaha yang sungguh-sungguh dari semua pihak baik Pemerintah, Lembaga Swasta mapun masyarakat sendiri dalam mempertahankan organisasi pengairan tradisional satu-satunya yang ada di Bali. Dan mudah-mudahan melalui kegiatan evaluasi Subak yang digelar rutin setiap tahun mampu mempertahankan, melestarikan sekaligus mengembangkan Subak-Subak di Bali. Dengan pola pendekatan, pembinaan hingga gelontoran bantuan baik moril maupun materiil yang dilakukan secara berkesinambungan upaya ini diharapkan  mampu memperkuat kesadaran  masyarakat petani untuk tetap mempertahankan lahannya. Dalam kegiatan evaluasi kali ini pihaknya memberi apresiasi atas usaha yang sungguh-sungguh dari krama Subak Pagutan terutama dalam mempertahankan dan melestarikan keberadaan Subak termasuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Seperti yang disampaikan Kelian Subak Pagutan A.A. Kompyang Wirawan bahwa dalam menjalankan organisasi Subak. Pihaknya sudah dilengkapi dengan berbagai aturan tertulis yang tertuang dalam awig-awig maupun perarem yang secara garis besar menyangkut konsep Tri Hita Karana seperti; Parahyangan, Palemahan Dan Pawongan yang diaplikasikan dalam berbagai kegiatan organisasi seperti; tata krama, upacara, admnistrasi, pola tanam, sangsi dan lain-lain. Dengan luas lahan sekitar 30,3 Ha dengan jumlah anggota 75 orang, pihaknya mampu meningkatkan hasil produksinya dari 6 ton gabah kering pada tahun 2010 meningkat menjadi 8 ton pada tahun 2011 ini. Semua ini tentu berkat kerja keras yang dilakukan disamping adanya bantuan dari berbagai pihak, ujarnya. Namun apa yang dilakukannya itu tidak serta merta membuat pihaknya bahagia melainkan tetap merasa khawatir terutama terhadap langkanya ketersediaan air.

Inilah masalah utama yang kini dihadapi pihaknya dalam mengelola usaha taninya. Oleh sebab itu ia berharap kepada Pemerintah selaku pemegang kebijakan agar benar-benar memperhatikan organisasi Subak ini termasuk mengawasi kawasan hulu agar tidak terjadi perusakan. Sebab menurutnya kawasan hulu merupakan kawasan penyangga apabila ini rusak sudah barang tentu air akan sulit didapat “Apa jadinya organisasi Subak tanpa air”, ucapnya penuh harap.

Sementara Wawali IGN Jaya Negara mengatakan, menyambut baik diadakannya kegiatan ini seraya berjanji akan terus berupaya membantu sesuai dengan kemampuan. Serta berharap mudah-mudahan melalui kegiatan ini organisasi Subak satu-satunya di Bali kedepan makin eksis keberadaannya. Dan pada gilirannya mampu meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Diakhir acara juga diserahkan bantuan berupa uang sebesar 11 juta rupiah kepada krama Subak Pagutan diterima langsung Kelian Subak A.A. Kompyang Wirawan dilanjutkan kemudian dengan penilaian oleh Tim Evaluasi ke masing-masing baga.