Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H., M.Kn., (Amatra) melaksanakan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Kabupaten Badung pada Selasa 21 Maret 2023.

Badung (Metrobali.com)-

Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H., M.Kn., (Amatra) tidak pernah lelah untuk terus membumikan dan mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI kepada segenap eleman dan lapisan masyarakat Indonesia.

Kali ini Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kembali dilakukan Anggota DPR RI Dapil Bali ini di Kabupaten Badung, Provinsi Bali pada Selasa 21 Maret 2023, tepat sehari sebelum perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu di Bali dan juga menjelang bulan Ramadan atau pelaksanaan ibadah puasa bagi umat muslim. Acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI diikuti peserta dari berbagai lapisan masyarakat dan lintas umat beragama.

Empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang disosialisasikan yaitu, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Dalam kesempatan ini wakil rakyat yang akrab disapa Gus Adhi ini menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam Empat Pilar MPR RI atau Empat Pilar Kebangsaan ini sebagai upaya untuk menjawab berbagai tantangan kebangsaan yang dihadapi bangsa ini mulai dari tantangan internal dan eksternal yang juga termuat dalam TAP MPR RI No. VI Tahun 201 tentang etika kehidupan berbangsa.

Tantangan internal seperti masih lemahnya penghayatan dan pengamalan ajaran agama serta munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru dan sempit. Lalu masih ada tantangan dari akibat pengabaian terhadap kepentingan daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan. Karena itu Gus Adhi menekankan pentingnya Empat Pilar MPR RI dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia serta eksistensi Indonesia sebagai negara besar. Tanpa Empat Pilar rumah besar Indonesia yang kokoh dan mewah ini tidak berarti apa-apa.

Di sisi lain bangsa ini masih menghadapi tantangan kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinekaan dan kemajemukan. Karena itu berkaitan juga dengan momen jelang perayaan Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu di Bali dan juga menjelang bulan Ramadan atau pelaksanaan ibadah puasa bagi umat muslim, Anggota Komisi II DPR RI Dapil Bali ini kembali mengajak segenak anak bangsa untuk lebih menghormati kebhinekaan dan kemajemukan serta menguatakan sikap toleransi.

“Kita di Bali ini dikenal dengan toleransi yang tinggi dan ini harus terus kita pupuk dan jaga agar juga semkain memperkuat persatuan dalam kebhinekaan,” tegas Anggota Fraksi Golkar DPR RI ini.

Tantangan berikutnya yang harus disikapi dengan bijak adalah kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa. Karena itu para pemimpin seharusnya mampu menjadi teladan dalam mengimplementasikan dan mengamalkan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan dengan konsisten.

Hal lain juga yang menjadi perhatian bersama adalah belum berjalannya penegakan hukum secara optimal dan juga masih ada ancaman radikalisme dan terorisme. “Maka saya hadir ingatkan pentingnya Empat Pilar dilaksanakan. Sebab ada goncangan dari segala penjuru, atas bawah, kanan kiri sangatlah besar,” tegas Gus Adhi yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI ini.

Politisi Golkar asal Kerobokan Badung ini lantas mengingatkan berbagai hasil survei yang menunjukkan ancaman dari paham radikal di NKRI. Penghayatan dan pengalaman nilai-nilai Pancasila ini penting sebab bangsa ini menghadapi ancaman radikalisme dan intoleransi.

Sejumlah hasil penelitian menggambarkan betapa bahayanya kondisi saat ini jika Pancasila tidak hadir. Penelitian dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarief Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa 63 persen guru memiliki opini intoleran terhadap agama lain.

Tak hanya itu, Ryamizard Ryacudu saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan menyebutkan bahwa sebanyak 3 persen anggota TNI juga terpapar ekstrimisme. Kemudian survei Alfara pada 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 14,9 persen PNS tidak setuju Pancasila.

Berdasarkan Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial (CISFrom) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 36,5 persen mahasiswa Islam setuju dengan khilafah. Terakhir,  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2018 mengemukakan bahwa tujuh kampus di Indonesia juga terpapar ekstrimisme agama.

Atas berbagai hasil survei tersebut, Gus Adhi lantas menekankan pentingnya semua kalangan agar memegang teguh Pancasila, mengingat isi teks Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai ajaran luhur Pancasila termasuk secara keseluruhan mengenai Empat Pilar MPR RI.

Sebab sangat bahaya jika nilai-nilai luhur Pancasila tidak dijalankan dalam keseharian. Degradasi moral anak bangsa yang terjadi saat ini juga karena imbas dari mulai dilupakan dan diabaikannya Pancasila.

Sosok wakil rakyat berhati mulia, gemar berbagi dan dikenal dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli” (AMP) dan “Kita Tidak Sedarah Tapi Kita Searah” ini menegaskan bangsa dan negara yang kuat adalah yang mampu memegang teguh falsafah negara. Sebaliknya suatu bangsa dan negara bisa hancur berkeping-keping, terpecah belah jika tidak mampu memegang teguh falsafah negara.

Karenanya Indonesia jika ingin tetap eksis terus sebagai bangsa dan negara yang kuat, besar dan menjadi negara maju maka harus tetap berpegang teguh pada Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia.

“Irak, Libya, Yaman, Syria hancur karena tidak kuat pegang falsafah negaranya. Maka Indonesia harus kuat pegang falsafah negaranya yakni Pancasila. Jangan lagi Pancasila seperti diberikan ke pasar bebas, bisa diadakan bisa tidak,” pungkas Gus Adhi. (wid)