Wayan Suata (kanan) menunjutkan contoh alternatif bahan bakar gas untuk angkutan wisata di Bali.

Wayan Suata (kanan) menunjutkan contoh alternatif bahan bakar gas untuk angkutan wisata di Bali.

 

DENPASAR (Metrobali.com)-

Ratusan sopir angkutan wisata yang tergabung dalam ASEP Bali menuntut janji pemerintah daerah dan pusat untuk segera menerapkan penggunaan bahan bakar aternatif seperti BBG (Bahan Bakar Gas) untuk kendaraan transportasi pariwisata di Bali. Selain itu janji pemerintah pusat membangun 5 stasiun pengisian BBG tidak terwujud, karena cuma hanya ada 3 SBPG di Bali, sehingga pemerintah daerah dituntut mendorong pemerintah pusat menambah SBPG di Bali. “Penggunakan BBG ini memberikan penghematan bahan bakar dan ekonomi biaya pengguna kendaraan, khusus bagi sopir taksi dan transport pariwisata di Bali tentunya memberikan keuntungan bagi para pengguna jasa transportasi. Oleh karena itu kita menuntut segera diwujudkan janji pemerintah pusat membangun SPBG di Bali,” ujar Wakil Ketua Organda Badung yang juga Ketua ASEP Bali, Drs. I Wayan Suata saat sosialisasi alternatif bahan bakar bensin atau solar untuk kendaraan bermotor sebagai produk bahan bakar alternatif ramah lingkungan di Kosayu Bali, Rabu (16/12).

Ditegaskan Suata untuk mendukung program tersebut peran pemerintah diharapkan menambah jumlah stasiun pengisian gas di Bali, karena sebagai daerah pariwisata harusnya menggunakan bahan bakar gas yang disamping ramah lingkungan juga harganya relatif lebih murah. “Kita selaku sopir angkutan pariwisata di Bali meminta agar menambah stasiun SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas, red) di Bali. Kita siap mengganti alat berupa tabung gas dan peralatan lengkap seharga 18 juta yang digunakan untuk seluruh kendaraan roda empat, jika pemerintah daerah serius mendukung program ini,” katanya.

Sementara itu, Sales Manager PT Prima Mobil Utama, Suherman sebagai distributor alat converter kit untuk tabung bahan bahan bakar gas mengakui Bali masih sangat kekurangan SPBG, sehingga tidak ada yang tertarik menggunakan bahan bakar gas. Oleh karena itu saat baru pertama kali mensosialisasikan bahan bakar alternantif gas seperti CNG dan LGV belum ada yang menggunakan bahan bakar gas ini. Padahal menurutnya ada beberapa keuntungan yang diberikan disamping harga relatif murah dibandingkan BBM, biaya operasional yang rendah juga bebas perawatan karena dibandingkan dengan BBM. “Perbandingan penghematannya bisa mengurangi mengurangi biaya penggunaan premium sekitar 35 sampai 50 persen. Jadinya selain menguntungkan juga bisa menjaga kebersihan lingkungan,” tandasnya.

Namun sangat disayangkan di Bali saat ini baru ada 5 SPBG seperti yang dijanjikan pemerintah, namun hanya tiga yang beroperasi. Itupun tidak beroperasi 24 jam. “Untuk itulah Perlu peran pemerintah daerah untuk mendesak pemerintah pusat menggunakan bahan bakar gas ini,” imbuhnya. AW-MB