Denpasar (Metrobali.com)-

Aktor  senior  Slamet Raharjo mengakui karya-karya film documenter tahun ini cukup bagus. Ada sebuah kemajuan baik dari teknik, penggarapan, yang telah menyentuh sisi humanis orang Indonesia. Hal itu diungkapkan usai penjurian 11 karya yang masuk Festival  Film Documenter Bali (FFDB) 2012  yang berlangsung di STIKOM Bali, Senin (30/7).

Dikatakan, dari karya yang masuk dan telah dijaring,  kata Slamet Raharjo  sudah ada kemajuan dan luar biasa. Disini kata dia, yang pertama diamati ialah karya-karya yang masuk tidak berbicara lagi soal primadona Indonesia sentris, namun  tentang keragaman yang kaya di Nusantara ini. “ Apa yang saya lihat, disini nampak  pribadi secara kompleks, yang membuat bahagia dan menyentuh langsung pada manusia,  pelakunya, bagaimana itu manusia Bali, manusia Jawa, manusia Sumatra, bahwa semaua itu adalah keberagaman yang indah,” terang Slamet Raharjo yang didaulat sebagai ketua Dewan Juri FFDB 2012. Ada lima juri yang terlibat dalam penjurian ini diantaranya, Prof. Dr Made Bandem (praktisi dan akademisi), Rio Helmi (Fotografer), dan IGP Wiranegara.

Lebih lanjut Slamet mengungkapkan, pendalaman dalam karya documenter sangat penting artinya. Film  itu kata dia memudahkan orang mencerna sebuah permasalahan. “ Banyak ilmu-ilmu yang saya pelajari sejak SD hingga kuliah sulit dimengerti, contoh saja pengetahuan DNA sulit kita pahami , namun ketika nonton film Jurasik Park hanya butuh lima menit saya mengerti apa itu DNA,” terangnya.

Nah, kedepan kata aktor senior ini, melalui film, bisa membuka segala cakrawala berpikir. “ Yang dulunya dianggap sulit dicerna, namun lewat film luar biasa, kita bisa menyaksikan langsung. Dalam karya-karya yang dihasilkan para senias kita saat ini, ibarat tangga sudah mulai tangganya naik, bukan menurun, hanya saja perlu lagi pendalaman-pendalaman, secara teknik sudah bagus,  yang perlu lagi dikembangkan adalah lebih banyak mengungkap sisi – sisi humanis, documenter adalah realita, berarti ada kebenaran, kejujuran, itu perlu diungkap dan temanya jangan dibatasi” jelasnya.  Oleh Prof. Bandem memandang karya-karya documenter hasil para sineas tahun ini cukup bagus. Hanya saja menurut Bandem yang perlu ditekankan para sineas kita adalah  soal eksplorasi kasus. “Dalam seni apapun  yang dilalui pertama adalah melakukan eksplorasi atau research sebuah penyajian karya, dari semua materi sehingga karya itu benar-benar mendalam. Mereka membuat karya secara teks sangat tajam, tapi lupa melakukan research,atau  eksplorasi ini penting. Sedangkan dari makna, ada dua yang cukup kuat muncul, yaitu dibidang   pendidikan dan multi kultur yang ada di Indonesia,” tegasnya.

Sedangkan untuk hasil penjurian dari 11 film documenter yang dinilai belum disampaikan. Pemenang akan diumumkan saat malam penganugerahan pada Sabtu (4/8) mendatang. Sementara sebelas film terbaik itu akan diputar di Aula STIKOM Renon, Denpasar pada 1-3 Agustus 2012 mendatang . Acara pemutaran karya-karya tersebut akan dimulai pada pukul 19.30 Wita. Kesebelas karya itu adalah  Bali – Heaven On Earth (Ivander Aditya Tjandra – Surabaya, Jawa Timur), Burdah (Sunari Studio, Karangasem), Goresan Anak-Anak Gumelem (Bowo Leksono, GoldWater  Films – Purbalingga, Jawa Tengah), Hercules Dari Panti Asuhan (I GM Surya Sanjaya Putra, Tabanan),Leng Apa Jengger (La-Cimplung – Purbalingga, Jawa Tengah),  Made Taro, Benteng Terakhir Permainan Tradisional Bali (Raturu Production – Denpasar), Permata di Tengah Danau (Andi Parulian Hutagalung – Medan, Sumatera Utara), Pura Tanpa Daging Babi (Dwitra J. Ariana -Sanggar Siap Selem,Bangli), Satu Hati, di Antara Dua Doa (Gede Seen – Komunitas Film Buleleng, Singaraja), Subak Pancoran, Sinar Kecil Di Kaki Bukit (Putu Satria Kusuma – Singaraja), Epic Java karya Febian Nurrahman Sakti Negara  (Bandung).

FFDB 2012 tahun ini bertemakan “ Kebersamaan Ditengah Keberagaman”. Dimana salah satu tujuan dari tema yang diangkat adalah meluaskan keterlibatkan masyarakat dalam upaya membangun dan memperkokoh semangat kebersamaan di tengah keragaman melalui film documenter. Penyelenggaraan FFDB 2012 disokong penuh oleh Arti Foundation, lembaga yang sangat peduli dengan pelestarian dan pengembangan budaya Bali.  Acara ini juga disokong oleh STIKOM Bali yang sangat getol mengarahkan civitas akademikanya untuk berperan besar dalam industry kreatif di Indonesia. HP-MB