Foto: (dari kiri ke kanan) Ketua Rembuk Pemuda Bali I Gusti Agung Ayu Bintang Maharani Putri (Gung Ayu), Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda, Anggota DPD RI terpilih dari Bali periode 2024-2029 Ni Luh Djelantik, Ketua Dewan Pembina Rembuk Pemuda Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, dan Ketua Rembuk Pemuda Nasional Aidil Pananrang berfoto bersama di sela-sela acara simposium Women Empowerment Symposium Rembuk Pemuda Bali yang mengangkat tema “Find Your Value as a Woman” di Garden Grove, Jalan Tukad Balian, Denpasar, pada Sabtu 30 Maret 2024.

Denpasar (Metrobali.com)-

Komunitas Rembuk Pemuda Bali menggelar acara diskusi publik dan simposium Women Empowerment Symposium Rembuk Pemuda Bali yang mengangkat tema “Find Your Value as a Woman” di Garden Grove, Jalan Tukad Balian, Denpasar, pada Sabtu 30 Maret 2024.

Acara simposium diawali dengan sambutan Ketua Rembuk Pemuda Bali I Gusti Agung Ayu Bintang Maharani Putri (Gung Ayu) dan Ketua Rembuk Pemuda Nasional Aidil Afdan Pananrang. Acara Rembuk Pemuda Bali yang dipandu moderator Anak Agung Istri Ratih Permata Sari ini menghadirkan empat orang pembicara.

Pertama, Ketua Rembuk Pemuda Bali I Gusti Agung Ayu Bintang Maharani Putri (Gung Ayu) yang membawakan materi Value Perempuan dalam segi Aktivis. Kedua, Ketua Dewan Pembina Rembuk Pemuda Rahayu Saraswati Djojohadikusumo membawakan materi Value Perempuan dalam segi politik.

Ketiga, Anggota DPD RI terpilih dari Bali periode 2024-2029 Ni Luh Djelantik membawakan materi Value Perempuan dalam segi entrepreneur. Keempat, Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda yang membawakan materi Value Perempuan dalam segi akademisi.

I Gusti Agung Ayu Bintang Maharani Putri yang akrab disapa Gung Ayu selaku Ketua Rembuk Pemuda Bali dan sekaligus pembicara dalam acara simposium tersebut mengatakan, simposium ini sangat penting untuk dilaksanakan. “Tidak hanya tentang kesetaraan gender, tetapi melalui kegiatan ini akan melahirkan srikandi-srikandi hebat dan sekaligus membuka pemikiran-pemikiran kaum perempuan di seluruh Indonesia, khususnya di Bali, bahwa perempuan harus mendukung perempuan,” ujar Gung Ayu.

Oleh karena itu dalam simposium kali ini pihaknya mengundang tokoh-tokoh hebat yang juga merupakan aktivis perempuan seperti Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Ni Luh Djelantik, dan kemudian Doktor Gung Tini Gorda yang merupakan akademisi yang juga aktif dalam kegiatan-kegiatan perempuan di Bali.

Gung Ayu berharap melalui kegiatan simposium ini menjadi semacam alarm bahwa perempuan harus mendukung perempuan, karena adil belum tentu setara. “Maka disinilah pentingnya untuk mewujudkan kesetaraan gender, dan itu semua dimulai dari Bali, Indonesia hingga ke seluruh dunia,” tegasnya.

Sementara itu Ketua Rembuk Pemuda Nasional Aidil Afdan Pananrang mengatakan Rembuk Pemuda merupakan sebuah platform untuk menjahit anak muda dari berbagai wilayah dan berbagai latar belakang dengan tujuan untuk bekerjasama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Sementara yang terdekat di tahun 2028 Indonesia akan menyambut satu abad Sumpah Pemuda dan sudah saatnya anak muda bekerjasama dan berkontribusi untuk mendorong kemajuan bangsa Indonesia. “Artinya pemuda hadir dan menjahit semua potensi dengan berbagai latar belakang untuk kebaikan Indonesia kedepan,” tegas Aidil.

Terkait dengan acara simposium yang mengambil tema “Find Your Value as a Women” yang diinisiasi oleh Rembuk Pemuda Bali, Aidil mengatakan acara digelar untuk mendorong terciptanya kesetaraan gender untuk para perempuan di segala scope, semua lingkup sosial, baik di ranah domestik, di ruang pekerjaan, ruang profesional, entrepreneurship dan lain-lain.

“Jadi artinya Rembuk Pemuda tidak ingin adanya seksisme, budaya patriarki yang cenderung memberikan kesempatan yang tidak sama dan tidak setara untuk para perempuan Indonesia. Jadi pihaknya ingin melakukan penguatan, pemberdayaan dan juga mendorong kesetaraan gender untuk para perempuan di seluruh Indonesia,” bebernya.

Melalui simposium ini, Aidil berharap para peserta bisa mendapatkan manfaat dan inspirasi serta menjadi semacam spirit untuk bergerak kedepan. Aidil juga mengajak semua peserta untuk mendukung agenda-agenda Rembuk Pemuda kedepan.

Pembicara pertama Ketua Rembuk Pemuda Bali I Gusti Agung Ayu Bintang Maharani Putri yang akrab disapa Gung Ayu yang membawakan materi Value Perempuan dalam segi Aktivis mengungkapkan, sebagai mahasiswa pada akhirnya pasti akan kembali ke masyarakat. Disinilah harus dibuat semacam komitmen apakah harus menjadi masyarakat yang apatis atau menjadi masyarakat yang berdampak.

Oleh karena itu Gung Ayu mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadi masyarakat yang berdampak dan kemudian bersama-sama berbicara tentang kesetaraan gender serta value terhadap perempuan itu sendiri. “Keberanian, keuletan, empati, dan ketahanan adalah beberapa nilai yang sering dikaitkan dengan perempuan sebagai aktivis,” kata mahasiswa Undiknas Denpasar ini.

Pembicara kedua Ketua Dewan Pembina Rembuk Pemuda Rahayu Saraswati Djojohadikusumo membawakan materi Value Perempuan dalam segi politik. Selama ini Rahayu Saraswati dikenal sebagai seorang aktris, aktivis, politikus, dan presenter Indonesia.

Namanya dikenal sebagai anggota DPR RI dari Partai Gerindra dari tahun 2014 hingga 2019. Selama menjadi anggota legislatif, ia memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak-anak serta melawan perdagangan manusia. Rahayu Saraswati juga merupakan merupakan keponakan dari Presiden terpilih di Pilpres 2024 Prabowo Subianto.

 

Rahayu Saraswati sangat mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh Rembuk Pemuda Bali yang dinilai sangat luar biasa karena bisa menghadirkan tokoh-tokoh perempuan hebat. Rahayu Saraswati menceritakan awal dirinya masuk ke politik karena memang memiliki latar belakang sebagai aktivis anti-perdagangan orang sejak tahun 2009. Dia kemudian mendirikan Yayasan bernama Parinama Astha.

“Saya yakin bahwa perubahan akan menjadi harapan. Artinya setiap korban yang berhasil menyelamatkan diri atau diselamatkan dari perdagangan orang, jika diberikan tempat yang aman, waktu yang secukupnya dan kasih sayang, maka mereka bisa menjadi harapan bagi orang lain,” katanya.

Atas dasar-dasar itulah Rahayu Saraswati akhirnya terjun ke dunia politik. Dari apa yang pernah dialami dan dari apa yang pernah dihadapi, Rahayu Saraswati, ingin menyampaikan banyak hal. Inilah yang kemudian mendorong dirinya untuk maju sebagai calon Ketua Umum dan terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Tunas Indonesia Raya. Rahayu Saraswati merupakan satu-satunya perempuan yang memimpin organisasi sayap kepemudaan partai. Rahayu Saraswati kemudian menolak keras narasi yang menyebutkan bahwa politik itu seksis dan budaya patriarkinya luar biasa.

Pada closing statementnya Rahayu Saraswati mengatakan bahwa para peserta yang hadir dalam simposium kali ini merupakan contoh dan bukti nyata bahwa pemuda pemudi di Bali ini sudah show up. “Artinya mereka sudah mau hadir dan menjadi bagian dari sejarah daerahnya masing-masing,” pungkasnya.

Pembicara ketiga, Anggota DPD RI terpilih dari Bali periode 2024-2029 Ni Luh Djelantik membawakan materi Value Perempuan dalam segi entrepreneur membuka wawasan para peserta untuk berani menjadi wirausaha atau entrepreneur. Ni Luh Djelantik mengatakan, melalui simposium ini masyarakat Bali, baik perempuan maupun laki-laki, diharapkan bisa bahagia, sehat, sejahtera dan kuat sehingga bisa bersama-sama menjaga adat, tradisi dan budaya Bali.

“Jika dari kita sendiri tidak bahagia bagaimana kita menjadi berkat untuk ruang lingkup yang lebih luas,” pesan Ni Luh Djelantik.

Ni Luh Djelantik kemudian memberikan apresiasinya kepada Rembuk Pemuda Bali karena sudah menggelar simposium tersebut. Apresiasi juga diberikan kepada para pembicara simposium yang sudah berbagi pemikiran dan pengalaman mereka tentang bagaimana perempuan dapat menemukan nilai-nilai yang mendefinisikan diri mereka di dalam masyarakat.

Dilihat dari segi kewirausahaan, menurut Ni Luh Djelantik, peran perempuan sangat krusial dan besar karena kaum perempuan adalah tonggak-tonggak kokoh dari bidang UMKM dan juga kewirausahaan. “Kit berharap bisa bersama-sama menyediakan ruang-ruang pelatihan dan permodalan kepada para pengusaha perempuan dan juga kepada perempuan terdampak. Dan jangan lupa bahwa Bali bisa tegak berdiri juga atas peran perempuan,” tegasnya.

Melalui simposium ini, Ni Luh Djelantik berharap semua peserta bisa menjaga persaudaraan dan persahabatan serta tentunya bisa berkolaborasi dan melakukan networking, saling menguatkan, saling asah asih dan asuh. Satu sama lainnya tidak akan berhasil secara maksimal jika tidak melakukan kolaborasi.

Pembicara keempat, Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda yang membawakan materi Value Perempuan dalam segi akademisi menyoroti tentang peran perempuan Bali di masyarakat, dimana ada aturan-aturan yang harus ditaati untuk sekaligus sebagai benteng dari perempuan Bali itu sendiri. Namun menurut Gung Tini Gorda hal tersebut telah terbantahkan karena kebetulan Gung Tini Gorda sendiri lahir dari seorang ayah yang juga sekaligus sebagai seorang guru sehingga ada hal-hal yang bisa ditembus dengan filosofi yang mengatakan bahwa ketika satu perempuan di develop maka satu generasi terselamatkan. Dengan kata lain bahwa cara mendidik seorang perempuan itu berbeda-beda.

“Jadi bahwa pelajaran yang terpenting adalah urusan domestik merupakan pondasi dari seseorang untuk sukses di ruang publik. Jadi nilai seperti itulah yang ingin saya sharing di sini adalah bagaimana kita melakukan sinergitas diantara diri kita dengan lingkungan,” ujar tokoh perempuan Bali ini.

Gung Tini Gorda kemudian mencontohkan Ni Luh Djelantik yang berhasil terpilih sebagai anggota DPD RI dapil Bali dan sekaligus memecahkan telur sebagai perempuan Bali yang lolos ke Senayan, dengan hanya bermodalkan entrepreneur atau tanpa peran pejabat manapun.

“Kami juga berharap kedepan Bali memiliki sosok seorang perempuan yang bisa menjadi pemimpin selevel kepala daerah dari bupati hingga gubernur,” pungkasnya.

Sementara itu, Anak Agung Istri Ratih Permata Sari selaku Moderator Simposium menyimpulkan bahwa bagaimana mencari value seorang perempuan dan bagaimana menjadi seorang perempuan itu harus bisa memperjuangkan apa yang memang ingin diperjuangkan, tanpa rasa takut dan juga dengan rasa percaya diri. Melalui simposium ini diharapkan para perempuan di Indonesia, khususnya di Bali, agar bisa lebih mempunyai tekad untuk memperjuangkan cita-citanya dan memulai sesuatu, tanpa yang namanya rasa takut.

Acara simposium Rembuk Pemuda Bali ini disambut antusias para peserta yang mengaku banyak mendapatkan insight, pemahaman dan pengalaman baru untuk pengembangan diri ke depannya. Salah satu peserta bernama Kadek Tirtayasa yang juga Ketua BEM STIE Satya Dharma Singaraja mengapresiasi kegiatan simposium yang diinisiasi oleh Rembuk Pemuda Bali.

Melalui simposium ini para pemuda bisa memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat terkait dengan pemberdayaan perempuan, selain juga bisa saling menghargai satu dengan yang lainnya. Melalui simposium ini juga diharapkan masyarakat bisa paham bahwa peran seorang perempuan tidak sekedar sebagai ibu rumah tangga saja, namun juga bisa berkontribusi di masyarakat.

“Kami berharap, acara simposium pemberdayaan perempuan tersebut bisa dilaksanakan di setiap kabupaten di Bali, atau bahkan ke kampus-kampus dan ke desa-desa, karena masyarakat tentunya ingin mendapatkan insight atau edukasi tentang pemberdayaan perempuan sehingga kedepan kesetaraan gender bisa terwujud,” pungkasnya.

Selanjutnya salah satu peserta perempuan bernama Risa juga mengaku terkesan dengan acara Rembuk Pemuda Bali ini. Dikatakan bahwa acara simposium kali ini sangat keren karena memberikan banyak insight baru dari para pembicara yang merupakan tokoh-tokoh perempuan yang hebat. Diharapkan kedepan Rembuk Pemuda selalu memberikan wadah kepada pemuda-pemuda di Bali, maupun di seluruh Indonesia untuk memberikan wadah kepada para pemuda untuk kegiatan-kegiatan yang positif.

 

Acara simposium Rembuk Pemuda Bali ini diakhiri dengan penyerahan penghargaan, pemakaian jaket Rembuk Pemuda ke para narasumber serta menempelkan jejak tangan di atas kanvas bertuliskan “Kami Bersama Perempuan Indonesia” yang merupakan hasil kolaborasi antara Rembuk Pemuda Bali dan ISI Denpasar.

Dengan menggunakan cap tangan dari berbagai peserta dan narasumber ini sekaligus membuktikan dan menjadikan sebuah sejarah bahwa Rembuk Pemuda Bali bersama perempuan Indonesia melalui jejak tangan tersebut sudah pernah membuat tonggak sejarah. (wid)