Tanpa terasa sudah setahun lamanya sekaa Ratu Kinasih berkiprah dalam pertunjukan seni budaya di desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung sejak terbentuk 13 Juli 2011 lalu. Kini, ratusan anak-anak mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah hingga perguruan tinggi telah berhasil dicetak menjadi seniman baik penarik maupun penabuh. Seperti apa kiprahnya ?

SEKAA Ratu Kinasih yang dimotori oleh I Nyoman Suwidia dan Ida Ayu Agung Yuliaswathi Manuaba–pegawai Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini selain aktif mengembangkan kesenian kreasi Bali, juga sangat aktif terlibat dalam upaya penggalian, pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa dengan merekonstruksi beragam jenis kesenian langka khas desa Lembongan yang sudah punah bertahun-tahun. Seperti yang telah dilakukan desa Lembongan belum lama ini.

Adapun kesenian langka itu, di antaranya tarian Sanghyang Grodogan, Sanghyang Bumbung, Sanghyang Penyalin, Sanghyang Lingga, Sanghyang Joged, Sanghyang Jaran, Sanghyang Dukuh Ngaba Cicing, Sanghyang Sampi, Sanghyang Dukuh Ngaba Bubu, Sanghyang Kebo, Sanghyang Bangu-Bangu, Sanghyang Menjangan, Sanghyang Enjo-Enjo, Sanghyang Tutut, Sanghyang Barong, Sanghyang Jangolan, Sanghyang Perahu, Sanghyang Kelor, Sanghyang Capah, Sanghyang Payung dan Sanghyang Bunga. Rentetan Sanghyang Grodogan diakhiri dengan Sanghyang Bunga.

Bahkan sebagai wujud syukur dari perjuangan panjangnya, memasuki setahun usianya, sekaa Ratu Kinasih belum lama ini bersamaan perayaan Hari Raya Kuningan sempat mengadakan kegiatan pentas seni budaya di banjar Kelod, desa Lembongan. Kegiatan ini berlangsung cukup semarak dengan menampilkan sedikitnya tigabelas jenis kesenian Bali, di antaranya tari Pendet, Gopala, Wirayuda, Selat Segara, Margapati, Tari Tani, Baris Bandana Manggala Yuda, Satya Brasta, Legong Lasem, Cilinaya, Oleg Tamulilingan, dan Kebyar Duduk. Selain itu, juga diselingi penampilan penyanyi Bali, Gek Ayu Riris, yang menyapa penggemarnya di desa Lembongan dengan sederetan tembang mebasa Bali seperti Taksu, Astungkara, Sing Jodoh, dan Bungan Sandat.

Dayu Agung–panggilan Ida Ayu Agung Yuliaswathi Manuaba, selaku pendiri sekaa Ratu Kinasih mengatakan sangat terharu dan bersyukur karena cita-citanya dalam membangkitkan semangat anak-anak di desa Lembongan untuk mencintai seni budaya dapat berjalan dengan baik dan lancar. “Rasanya suka duka selama setahun sudah terbayar lunas ketika melihat anak-anak tampil memukau dan penuh semangat dalam pentas seni serangkaian peringatan ulang tahun perdana sekaa Ratu Kinasih,” ujarnya berbinar bangga.

Menurutnya, hampir setiap akhir pekan selama hampir setahun lamanya dia harus bolak-balik atau pulang pergi dari Denpasar ke Nusa Lembongan hanya untuk mengajar anak-anak beragam tarian Bali. Bertaruh nyawa menerobos dasyatnya badai dan ombak di lautan serta cuaca ekstrem yang terkadang menghadang selama perjalanan dari Denpasar menuju Nusa Lembongan dan begitu juga sebaliknya dari Nusa Lembongan menuju Denpasar untuk menjalankan rutinitas di kampus, ISI Denpasar. Namun, semua beban perasaan dan tekanan jiwa tersebut sontak hilang begitu saja tanpa bekas dan bahkan tinggal kenangan sejarah saja. “Ini karena anak didiknya telah berhasil menjadi seniman penerus kehidupan berkesenian di desa Lembongan,” jelasnya.

Terlebih lagi, katanya, sekaa Ratu Kinasih yang didukung sekaa teruna-teruni Arya Pacung dan seluruh masyarakat desa Lembongan telah dipercaya turut menyukseskan proses rekonstruksi aneka kesenian langka warisan leluhur yang telah punah bertahun-tahun. “Saya hanya berharap dari langkah kecil ini nantinya mampu memberikan manfaat lebih besar bagi kehidupan kreativitas berkesenian di desa Lembongan ke depannya,” harapnya.

Lebih jauh, dia menambahkan sekaa Ratu Kinasih selain mencetak generasi muda sebagai seniman, juga sangat peduli dengan pendidikan anak usia dini (PAUD). Demi pencetakan karakter bangsa sejak dini. Proses pendidikan lebih berfokus pada pembelajaran kontekstual, dan pengembangan daya kreatif anak-anak dengan pemaknaan terhadap kondisi, dan potensi peserta didik. Yakni menitikberatkan pada pengembangan minat, bakat dan kompetensi di bidang seni, serta potensi sumber daya lingkungan sekitarnya terutama yang menjadi indikator utama pembelajaran.

Diharapkan, anak-anak nantinya mampu memacu dan meningkatkan kreativitasnya dalam mengembangkan sikap, kepribadian dan pengetahuan serta keterampilan dari potensi dirinya sesuai bakat dan minatnya. Selain itu, juga mampu meningkatkan  jalinan rasa persaudaraan, kebersamaan dan rasa cinta terhadap sesama, pemerintah dan masyarakat. Sehingga, mampu mencetak tunas bangsa atau generasi emas bangsa yang unggul dan berkualitas serta berbudaya. “Ya, generasi muda khususnya di desa Lembongan, yang cerdas, kreatif dan kompetitif serta berdaya saing global dalam kancah pariwisata dunia,” tegasnya.  * Nyoman Wija