Denpasar (Metrobali.com)-

Sarasehan membahas Arsitektur Bangunan Gedung Di Kota Denpasar yang digelar Pemkot Denpasar dalam rangka penguatan visi Denpasar bertajuk “Arsitektur Kreatif Berbasis Budaya Unggulan” berlangsung kemarin di Gedung Werdapura Sanur Denpasar. Dihadiri langsung Walikota Denpasar IB Rai D. Mantra sekaligus didaulat sebagai Caynote Speaker disamping menghadirkan para narasumber seperti; Prof. Yosef Priyotono akademisi dari ITS Surabaya, Ir Dw. Pt. Punia Asa,MT dan Ir. Kt. Astian Supatra seorang praktisi IAI, Jumat (24/12).

 Dalam sambutannya IB Rai D. Mantra lebih jauh mengatakan, sarasehan sehari yang membahas seputar Bangunan di Kota Denpasar adalah sebagai wujud kepedulian Pemerintah Kota Denpasar terhadap perencanaan tata ruang Kota Denpasar yang berwawasan budaya. Hal ini juga sebagai langkah penguatan terhadap visi Denpasar yang berbasis kearifan lokal sekaligus sebagai wahana pranata keberadaan arsitektur Bali.

Menurutnya pula era sekarang adalah era orang Bali mengingat model bangunan di Bali sejak jaman dulu sudah amat dikagumi pihak luar bahkan banyak yang meniru. Karena secara fisik arsitektur Bali memiliki ciri khas dan jati diri yang menjadi Taksu dari bangunan tersebut dimana dalam penerapannya tidak pernah ketinggalan disemua jaman. Sifat dinamis orang bali juga banyak berpengaruh akan terjadinya perubahan baik dari sisi bentuk, tata letak maupun fungsi bangunan tersebut.

Dikatakan, sebagai orang profesional dibidang arsitektur perubahan ini tentu harus mampu disikapi dan ditafsirkan oleh para pakar. Berbicara masalah arsitektur sama dengan bicara tentang akar budaya yang menjiwai arfsitektur itu sendiri. Dan ketika bicara masalah budaya hal ini bisa ditunjukkan lewat bangunannya karena secara fisik bentuk ini yang bisa dilihat pertama, ujar orang nomor satu di Denpasar ini. Namun tidak dipungkiri dengan adanya perubahan yang begitu dinamis banyak pihak mempertanyakan seperti apa sih ciri bangunan di Bali, jelasnya.

Ditambahkan, perubahan itu memang kekal namun yang tidak bisa berubah adalah ide sentral atau akar budaya sebab akar budaya tidak membunuh kebudayaan tapi sebaliknya akan menghidupkan budaya itu sendiri. Dan yang pertama memperkenalkan budaya itu adalah para arsitektur, ucapnya. Dalam persaingan global kita harus terapkan budaya unggulan sebagai jati diri sebab menurut Rai Mantra inilah kunci kemenangan kita dalam menghadapi persaingan. “Era kreatif adalah era kita dan era Indonedsia dan untuk mewujudkannya harus ada keyakinan yang kuat bila perlu harus mendunia”, jelasnya dengan nada pasti.

Sementara Kadis Tata Ruang Made Kusuma Diputra dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk penguatan visi Kota Denpasar dalam hal tata ruang dengan mengedepankan kearifan lokal. Kegiatan yang berlangsung sehari diikuti oleh 126 orang berasal dari seluruh mahasiswa tehnik dari seluruh perguruan tinggi yang ada di Kota Denpasar disamping para prajuru Desa Pekraman, Forum, Budayawan, Praktisi, Kelompok Ahli dan SKPD terkait. (Sdn.Hms.Dps.).