Singaraja (Metro Bali) –

Warga adat di wilayah hukum Polres Buleleng diminta waspada karena kasus pencurian pratima yang sempat tiarap kini mulai muncul di Buleleng. Kasus terbaru adalah pencurian sepasang pratima berwujud lanang-istri yang terbuat dari uang kepeng di Pura Puseh Desa Pakraman Pelapuan, Kecamatan Busungbiu.

Kapolsek Busungbiu AKP Ketut Sukada, Senin (13/6) kemarin, meminta agar warga tetap waspada karena kasus pencurian pratima bisa menjalar ke desa-desa lain. Selain selalu mengunci gedong penyimpanan pratima di pura, warga adat juga bisa mengaktifkan kembali sistem pengamanan secara bergiliran di masing-masing desa pakraman.

Terkait kasus pencurian pratima di Pura Puseh Desa Pelapuan, Kapolsek Sukada mengatakan pelaku belum berhasil ditemukan. Pihaknya masih melakukan penyelidikan dan memeriksa saksi-saksi. Hingga kemarin, pihaknya mengaku telah memeriksa sedikitnya empat orang saksi. Salah satu saksi yang telah dimintai keterangan yakni Jero Mangku Ketut Tirta yang pertama kali mengetahui kejadian tersebut.

Dikatakannya, penyelidikan terus dilakukan ke tempat-tempat penjualan uang kepeng. Hanya, sejauh ini pihaknya belum berhasil menemukan pelakunya. “Kami juga menyelidiki tempat-tempat penjualan uang kepeng. Belum ada orang yang kami curigai sebagai pelakunya,” katanya.

Kasus pencurian pratima di Pura Puseh Pelapuan itu diketahui Kamis (9/10) sekitar pukul 14.00 oleh pemangku pura setempat, Jro Mangku Ketut Tirta (60). Saat itu Jro Mangku Tirta sedang mareresik (membersihkan areal pura). Saat mareresik itulah dilihatnya gedong desa tempat penyimapan pratima terbuka.

Bendesa Adat Jro Gede Made Pancer (57) mengatakan, prajuru adat sudah menemukan rangka pratima di areal Pura Panti yang berada di sebelah timur Pura Puseh. Rangka kayu itu ditemukan oleh Ketua Dadia Bujangga Wesnawa Drs. I Gede Siyadnya. Sedangkan seluruh uang kepeng yang berada dalam rangka itu, hilang. “Kayunya itu dibuang oleh pencuri di areal Pura Dadia Bujangga Wesnawa yang ada di sebelah timur Pura Puseh,” ujarnya.

Jro Pancer mengakui Pura Puseh tersebut sehar-hari memang tidak dikunci, karena setiap pagi, siang dan sore ada saja masyarakat yang melakukan persembahyangan. Meski kerugian material yang ditimbulkan tidak banyak, namun pihaknya sangat menyesalkan kejadian tersebut. Dengan dicurinya benda sakral itu, pura yang di-empon 800 KK tersebut harus mempersiapkan pratima baru untuk mengganti pratima yang hilang. “Jika belum ada pratima yang baru, saat upacara akan diganti dengan gegaluhan yang terbuat dari janur,” katanya.