???????????????????????

Karangasem (Metrobali.com)-

 Untuk menyamakan persepsi terhadap beberapa kegiatan keagamaan, Pemerintah Kabupaten Karangasem bersama PHDI Karangasem menyelenggarakan Pertemuan (Paruman) Sulinggih. Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis, 13 Oktober 2016 di Wantilan Puri Gede Karangasem. Paruman sulinggih dibuka ditandai dengan pemukulan Gong oleh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri didampingi oleh Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa selaku Ketua MMDP, Ketua DPRD I Nengah Sumardi,  Sekdakab I Gede Adnya Mulyadi, Ketua PHDI I Wayan Astika, Para Camat, SKPD Terkait dan undangan lainnya. Dalam Paruman ini dihadiri oleh 41 Sulinggih yang merupakan perwakilan dari 232 orang Sulinggih yang ada di Kabupaten Karangasem.

                Menurut Ketua PHDI Karangasem yang juga ketua panitia kegiatan I Wayan Astika, mengungkapkan Adapun agenda yang dibahas antara lain, Keberadaan Sulinggih yang menjadi panutan bagi umat Hindhu di Karangasem, Keberadaan Pura Agung Puncak Kembar kenusut yang merupakan salah satu pura Khayangan Jagat dan penyamaan persepsi terhadap pelaksanaan upacara yadnya. Sulinggih merupakan pemimpin agama Hindhu yang mampu mengapresiasi empat unsur pokok agama Hindu yaitu tattwa, susila, acara dan parisada. Tatwa mengajarkan esensi, eksistensi, dan aktifitas Sang Hyang Widhi Wasa atau Teologi. Susila memberikan pedoman tingkah laku, berupa kewajiban moral untuk mengembangkan sikap arif kepada alam dan berbuat adil kepada semua mahluk demi kesejahteraan dan kemuliaan semua. Acara yaitu petunjuk pelaksanaan ritual upacara agama dan Parisadha adalah organisasi sulinggih dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antar sesama umat.

                Sementara Ketua MMDP yang juga Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa memaparkan keberadaan Pura Agung Puncak Kembar kenusut yang baru selesai dipugar  yang merupakan salah satu pura Khayangan Jagat yang terletak diantara Pura Lempuyang dan Pura Bhur Bwah Swah. Pura ini akan melaksanakan upacara Karya Mamungkah, nubug daging dan Ngenteg Linggih dengan puncak karya pada Purnamaning sasih Kelima, 14 Nopember 2016. Artha Dipa berharap kepada para sulinggih untuk memutuskan adanya hari ngempet (tidak diperbolehkan) adanya upacara atiwa-tiwa / Ngaben selama rangkaian upacara tersebut. “Lewat paruman ini saya harap diputuskan dewasa ayu, agar tidak terjadi benturan antar umat dalam melaksanakan upacara yadnya, contohnya kalau ada karya Ayu agar tidak dibarengi dengan upacara atiwa-tiwa ataupun manusa yadnya/ perkawinan dalam satu tempat yang bersebelahan” imbuhnya.

                Sementara Bupati Karangasem dalam sambutannya menyampaikan permohonan restu dari para sulinggih agar diberkati dalam memimpin Karangasem. Bupati berharap dalam Paruman ini bisa memberikan keputusan terbaik, sehingga menjadi pedoman kepada umat Hindu dalam melaksanakan ajaran agama dalam mewujudkan karangasem yang berlandaskan Tri Hita Karana. Sebelum paruman dimulai Bupati Mas Sumatri menyerahkan punia yang berupa barang dan uang tunai kepada para sulinggih, sebagai wujud perhatian Pemerintah Kabupaten karangasem kepada para Sulinggih.

                Kabag Kesra I Putu Arnawa menyampaikan dalam paruman Sulinggih ini juga diisi dengan pembuatan profil dari masing – masing Sulinggih, sehingga diperoleh data yang akurat. Hal ini bertujuan agar memudahkan para sulinggih dalam berkomunikasi dengan pemerintah jikalau pihak sulinggih dan pemerintah ada masalah yang perlu dikomunikasikan. Disamping itu lanjut Arnawa dengan sudah tidak diberlakukannya JKBM mulai tahun 2017 maka para sulinggih akan diikutkan dalam asuransi, sehingga para sulinggih terjamin kesehatannya. RED-MB