Karangasem (Metrobali.com)-

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karangasem dan sejumlah puskesmas di wilayah Bali timur itu kehabisan vaksin antirabies (VAR) sehingga menyulitkan warga yang menjadi korban gigitan anjing.

“Sejak setahun lalu stok VAR kami memang menipis. Kalau kami minta ke Pemprov Bali , hanya dijatah 80 sampai 100 vial,” kata Direktur Utama RSUD Karangasem dr Nengah Suardana di Amlapura, Selasa (3/9).

Padahal dengan jumlah kasus rabies di Kabupaten Karangasem, lanjut dia, seharusnya mendapat VAR sampai 500 vial per bulan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem dr IGM Tirtayana menyebutkan bawha kasus gigitan anjing di daerahnya rata-rata mencapai 10 kasus per hari sehingga sangat membutuhkan suplai VAR dari Pemprov Bali.

“Oleh karena itu, kami sangat selektif dalam memberikan VAR. Untuk satu pasien butuh empat vial VAR,” katanya.

Tahun ini Pemkab Karangasem menganggarkan dana sekitar Rp140 juta untuk pengadaan VAR yang diberikan kepada korban gigitan anjing secara cuma-cuma.

Akibat menipisnya persediaan VAR itu, tidak jarang warga Kabupaten Karangasem mendapatkannya di apotek atau daerah lain di Bali. I Gede Karang, warga Desa Seraya, terpaksa mencari VAR di apotek. “Tapi, kalau di Gianyar justru kami dapatkan gratis,” kata pasien rabies itu.

Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Karangasem Nyoman Oka Antara menyayangkan menipisnya persediaan VAR itu. “Seharusnya Dinkes mengusulkan berapa kebutuhan dana pengadaan VAR. Jangankan Rp140 juta, Rp2 miliar pun kalau untuk keselamatan jiwa warga, kami setuju,” katanya. AN-MB