Denpasar (Metrobali.com)-
Menghadirkan pembicara Gde Artawan, Sandyakala Sastra #15 kali ini akan mendialogkan perihal kehadiran sosok perempuan-perempuan Bali dalam novel. Sastrawan yang dilahirkan di Klungkung, 20 Februari 1959 dan meraih gelar doktor linguistik di Universitas Udayana (2010), melalui telaahnya terhadap karya sastra, akan mengkritisi hegemoni budaya patriarki dengan segala akibatnya. Adapun tema yang diacu adalah “Resistensi Terhadap Hegemoni Patriarki : Perlawan Kultural Perempuan-perempuan Bali dalam Novel”.

Gde Artawan, penyair dan penulis cerpen, akan pula berbagi proses kreatifnya. Menarik juga disimak bagaimana pendapatnya terkait anggapan adanya kritik sastra ala akademis yang dipandang berbeda dengan model kritik lainnya. Pengajar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ini terbilang produktif menulis esai sastra dan buday, serta kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai seminar nasional dan internasional. Ia memperoleh Anugerah Seni Wijaya Kusuma dari pemerintah Buleleng dan menerima Anugerah Widya Pataka dari Gubenur Bali untuk kumpulan cerpennya “ Petarung Jambul”(2008). Buku-buku karyanya antara lain; “Antologi Puisi Kaki Langit” (1984), “Kesaksian Burung Sukma: Antologi Empat Penyair Bali” (1998), “ Puisi Bali” (2006).