Foto: Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar dari PSI Emiliana Sri Wahjuni (kiri) saat berbagi kecerian dengan anak-anak down syndrome saat reses di Rumah Bermain dan Belajar “POTADS” Bali, Jalan Gurita, Sesetan, Denpasar, Rabu (10/3/2021).

Denpasar (Metrobali.com)-

Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni terus memberikan perhatian khusus bagi para penyandang disabilitas dan anak berkebutuhan khusus. Hal ini bukan hanya bagian dari tugasnya sebagai wakil rakyat tapi juga merupakan panggilan hati dan jiwanya untuk membantu, mendukung, menguatkan dan memotivasi penyandang disabilitas dan anak berkebutuhan khusus (anak istimewa) maupun orang tua mereka.

Begitupula dalam rangkaian reses tahun 2021, Emiliana Sri Wahjuni mengunjungi dan menyerap aspirasi penyandang disabilitas dan orang tua dari anak berkebutuhan khusus di Rumah Bermain dan Belajar “POTADS” Bali, Jalan Gurita, Sesetan, Denpasar, Rabu (10/3/2021).

POTADS Bali merupakan Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome yang berada atau berdomisili di Bali. POTADS Bali merupakan yayasan yang mempunyai kantor pusat di Jakarta. POTADS Bali sudah ada di Denpasar selama 12 tahun yang selama ini beroperasi dengan dana swadaya dan belum tersentuh bantuan pemerintah.

“Di masa pandemi ini mereka mengalami berbagai kesulitan, khususnya dalam hal akses pendidikan dan kesehatan. Saya hadir untuk mendengarkan keluhan dan menyerap aspirasi mereka sambil berbagi kasih dan saya senang melihat anak-anak ini masih bisa ceria,” kata Emiliana Sri Wahjuni.

Anggota Dewan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mengungkapkan sebelumnya pihaknya di Komisi IV DPRD Kota Denpasar telah menerima kunjungan dan aspirasi dari Komite Daerah Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas (Komite Daerah Disabilitas) Provinsi Bali di Kantor DPRD Kota Denpasar, Selasa (9/3/2021).

Pemerintah Kota Denpasar didorong dan didesak untuk segera memiliki payung hukum dalam perlindungan dan pemenuhan hak- hak penyandang disabilitas berupa Perda Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

Karenanya serangkaian reses ini Emiliana Sri Wahjuni juga menggali masukan terkait payung hukum yang akan segera diajukan dan diperjuangan untuk dibahas bersama DPRD Kota Denpasar dan Pemerintah Kota Denpasar berupa Raperda Perlindungan dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.

“Saya menggali masukan dan aspirasi penyandang disabilitas dan orang tua dari anak berkebutuhan khusus terkait payung hukum untuk melindungi dan memenuhi hak-hak mereka. Masukan mereka tentu penting untuk diakomodir dan kami perjuangkan di Dewan,” kata Sekretaris Fraksi Partai NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini.

Minta Pemerintah Bantu Biaya Terapi

Para orang tua dan anak-anak dengan down syndrome yang secara terbatas ikut reses dengan prokes ketat ini sangat antusias dengan kehadiran Emiliana Sri Wahjuni yang juga membawa keceriaan dan berbagi kasih dengan mereka.

Di hadapan Emiliana Sri Wahjuni para penyandang disabilitas dan orang tua dari anak berkebutuhan mengeluhkan sejumlah hal. Diantaranya mereka susah mendapatkan akses bantuan, bingung kemana mencari bantuan di tengah berbagai kesulitan yang dihadapi di masa pandemi.

Terungkap pendidikan dan layanan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus di masa pandemi Covid-19 menghadapi tantangan yang cukup berat dan beragam. Tidak hanya persoalan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran online yang memberikan kesulitan tersendiri, layanan terapi regular dan layanan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus juga menjadi lebih sulit.

“Saya banyak mendapatkan keluhan dari orang tua yang punya anak anak berkebutuhan khusus. Soal pendidikan dan akses terapi yang paling banyak dikeluhkan orang tua. Saat reses di POTADS ini keluhan yang sama juga saya terima,” kata Emiliana Sri Wahjuni.

Ketua POTADS Bali Selfisina Gass yang akrab dipanggil Rina mengungkapkan layanan terapi regular dan layanan kesehatan bagi anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas lebih sulit diakses oleh mereka dan keluarganya. Risiko yang dihadapi termasuk terhambatnya proses tumbuh kembang, atau dampak kesehatan.

“Di masa pandemi sekarang anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Kami kesulitan mendapatkan akses terapi untuk anak-anak kami, kalaupun ada ya lebih mahal dari situasi normal. Sedangkan banyak papa mama mereka sudah tidak punya pekerjaan, jadi tidak bisa bayar untuk terapi,” kata Rina, yang juga orang tua anak dengan down syndrome.

Pihaknya pun sangat berharap ada bantuan pemerintah meringankan beban mereka. “Harapannya disiapkan terapis dari pemerintah yang bisa bantu anak-anak berkebutuhan khusus. Jangan anak-anak kami diabaikan begitu saja,” harap ibu muda dari anak penderita down syndrome ini.

“Kami sangat bersyukur dikunjungi Ibu Emil yang bertemu dengan para orang tua mendengarkan keluhan mereka. Kami juga berharap ke depan agar ada perhatian dan bantuan dari pemerintah,” pungkas Rina.  (wid)