Oleh : Jro Gde Sudibya

Svami Vivekananda dalam rangkaian ceramahnya di AS setelah menghadiri Konferensi Agama-Agama Se Dunia di Chicago, September 1893, mengungkapkan kekuatan pikiran, the power of mind, yang tanpa batas, karena pikiran merupakan perpanjangan dari kekuatan Atman (Tuhan dalam diri), yang bisa menghasilkan karya-karya kemanusiaan yang bermakna. Svamiji menyebutnya sebagai SAT ( Ada, baca Tuhan), CHIT ( pengetahuan tentang Tuhan) dan ANANDA (samudra kebahagiaan). Maknanya, insan-insan manusia yang telah sampai pada kesadaran Tuhan akan mencapai samudra kebahagiaan, melalui karya-karya kemanusiaan yang melintasi zaman.
Tetapi faktanya dalam realitas ke seharian kita, mayoritas insan-insan manusia hampir totalitas pikirannya ditundukkan oleh keakuannya (ahamkara), untuk memenuhi keinginannya tanpa batas, yang menggambarkan keserakahan.

Pikirannya menjadi budak keinginannya, melahirkan prilaku tuna etika dan moral, melawan kepantasan dan juga hukum.
Pikiran yang ditundukkan oleh keakuan, tidak akan pernah puas, tamsilnya seluruh dunia dan isinya diberikan, kepuasan tidak kunjung datang.

Jika pikiran yang diperbudak oleh keinginan, terlebih-lebih keinginan kekuasaan dengan “dasa muka”nya, bisa lahir kebijakan yang berupa, politik menghalalkan semua cara, tidak lagi peduli dengan kepentingan umum.
Kawasan hutan dirambah, persawahan “diterjang” untuk.memuaskan libido kekuasaan.
Tempat-tempat suci diintervensi dengan nalar ekonomi pasar kapitalistik sekuler, meninabobokkan warga dengan janji- janji ilusi dan bisa terjebak menjadi delusi.
Pantas untuk dijadikan bahan perenungan, di tengah kaula muda sibuk menyiapkan pertunjukan ogoh-ogoh.

Penulis :

Jro Gde Sudibya, Ketua FPD (Forum Penyadaran Dharma), kelompok diskusi intelektual Hindu