Foto: Suasana Launching dan Pembelajaran Program Kompetensi Merdeka Jegeg Warga Binaan Lapas Perempuan Kerobokan “Pengembangan Sociopreneur Berkarakter” bagi warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Badung.

Badung (Metrobali.com)-

Bertepatan dengan Hari Ibu 22 Desember 2022, Pusat Studi Undiknas (PSU) meluncurkan Launching dan Pembelajaran Program Kompetensi Merdeka Jegeg Warga Binaan Lapas Perempuan Kerobokan “Pengembangan Sociopreneur Berkarakter” bagi warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Badung.

Program ini dijalankan bersinergi dengan Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali, GTS Institute Bali, Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan serta didukung juga organisasi lainnya seperti Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu, Perempuan Indonesia Maju Provinsi Bali, dan Perempuan Berkebaya Indonesia Provinsi Bali.

Launching progam ini ditandai dengan pengalungan name tag kepada warga binaan yang menandai dimulainya pembelajaran. Acara juga dimeriahkan penampikan band perempuan lapas. Diisi juga sesi meditasi healing penurunan gelombang otak oleh
Yayuk Kuswara dari PPI Bali.

Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., menjelaskan program ini akan memberikan pendampingan dan penguatan bagi warga binaan yang sedang mengikuti kejar paket dengan memberikan penguatan pendidikan kompotensi terkait wirausaha dan pengembangan karakter sociopreneur atau wirausaha sosial yang peduli dengan lingkungan dan persoalan sosial di masyarakat.

“Kami dari PSU bersinergi dengan konsep sinergi pang pade payu memberikan penguatan warga binaan yang sedang mengikuti kejar paket dan membangun kompotensi kewirausahaan mereka sehingga harapannya bisa menjadi sociopreneur berkarakter,” kata tokoh perempuan yang akrab disapa Gung Tini Gorda itu.

Launching dan Pembelajaran Program Kompetensi Merdeka Jegeg Warga Binaan Lapas Perempuan Kerobokan “Pengembangan Sociopreneur Berkarakter” ini sebagai tindak lanjut dari MoU antara Pusat Studi Undiknas dengan Lapas Perempuan Kerobokan. Program ini menyasar 50 orang warga binaan yang sedang mengikuti program pendidikan Kejar Paket dan mereka akan diberikan pendampingan serta pelatihan berkala selama dua semester atau satu tahun.

Program ini juga mengasah kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan intelektual warga binaan sehingga harapannya mereka bisa menjadi wirausaha atau sosiopreneur yang berkarakter setelah mereka kembali di tengah-tengah masyarakat.

“Jadi selain belajar membangun usaha harus, warga binaan Lapas Perempuan Kerobokan ini dibangun mindset dan kesadarannya untuk bisa memberikan dampak sosial di masyarakat dan lingkungannya, ungkap Gung Tini Gorda yang juga Ketua DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) Provinsi Bali dan Direktur Eksekutif GTS Institute Bali ini.

Setelah mereka lulus dari program Kejar Paket dan punya kompetensi menjadi socialpreneur, mereka juga diharapkan bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi vokasi.

“Program ini akan mulai dijalankan pada bulan Januari 2023. Sebelum proses pembelajaran dimulai juga akan dilakukan psikotes kepada warga binaan peserta program ini untuk mengetahui posisi mental mereka seperti apa,” ujar Gung Tini Gorda yang juga Ketua DPD Perempuan Indonesia Maju dan Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia Provinsi Bali ini.

Lalu akan dilakukan klasterisasi minat berusaha dan usaha yang ingin dibangun para warga binaan. Selain membangun mindset dan skill berusaha, program ini juga memberikan penguatan 8 fungsi keluarga yang harus dipahami dan dijalankan warga binaan.

Harapannya agar mereka benar-benar mampu berdaya, berkreativitas dan berkontribusi positif di tengah masyarakat serta punya mental yang tangguh dan tidak tergoda kembali melakukan hal negatif dan melanggar hukum yang bisa membuat mereka kembali ke lapas.

Ketika sudah punya usaha,warga binaan ini juga akan dibantu pengembangan usahanya seperti pemasaran, akses permodalan, jejaring dengan para wirausaha atau pengusaha di luar lapas, dan lainnya.

Gung Tini Gorda menambahkan program ini juga ingin menyampaikan pesan bahwa setiap orang termasuk warga binaan punya hak mendapatkan akses pendidikan. Mereka bisa menempuh pendidikan hinggga membangun usaha tergantung seberapa kuat niat mereka.

Sementara itu Agung Hadi selaku Kepala Kajian Ekonomi Kreatif Undiknas juga menegaskan fokus dari program ini adalah memberikan pelatihan entrepreneurship atau kewirausahaan dan membangun karakter sebagai sociopreneur.

“Selain diberikan modal intelektual, para peserta juga diberikan pelatihan membuat produk hingga cara pemasaran produk. Ada sejumlah trainer yang disiapkan Pusat Studi Undiknas untuk memberikan pelatihan selama dua semester program ini akan dijalankan,” terang Agung Hadi.

Irma Lumiga selaku Sekretaris PPI Bali yang juga menjadi salah satu narasumber dalam launching progam ini memotivasi dan membangun semangat serta optimisme warga binaan untuk bisa sukses bersama-sama. Pengusaha garmen dengan brand Lumiga ini juga mengajak warga binaan untuk berani belajar membangun usaha dan tidak takut dengan berbagai cobaan serta tantangan.

Yayuk Kuswara, pengurus bidang pendidikan PPI Bali menambahkan program ini sebenarnya pada dasarnya ingin membangun kesadaran warga binaan untuk menemukan makna hidup, tujuan hidup mereka, menyadari panggilan passion dan visi misi hidup mereka seperti apa sehingga menimbulkan semangat dan menghasilkan daya juang. Jadi pada intinya warga binaan ini bisa bermakna setelah mereka kembali di tengah masyarakat.

Program ini disambut positif dan diapresiasi Kepala Lapas (Kalapas) Perempuan Kelas IIA Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani. “Terima kasih kepada PSU dan organisasi yang diajak berkolaborasi untuk program ini. Kami berharap program ini benar-benar bisa membangun jiwa entrepreneur atau kewirasauhaan warga binaan dan setelah keluar dari lapas mereka bisa mengembangkan usahanya,” ujar Andiyani.

Pihaknya juga berharap selepas program ini dan setelah warga binaan lulus program Kejar Paket, warga binaan bisa difasilitasi untuk kuliah jarak jauh di Undiknas. Untuk pemasaran produk dari wargaan binaan juga diharapkan bisa diwadahi di Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu. (wid)