Foto: Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki memberikan keterangan kepada awak media usai hadir di  acara Wellness Talk: Masa Depan Tradisi Welness Bali di Kampus UNHI Denpasar, pada Jumat (6/5/2022).

Denpasar (Metrobali.com)-

Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki menyebutkan trend industri wellness di dunia terus bertumbuh dan Indonesia khususnya Bali harus mampu menangkap peluang yang ada. Bahkan dirinya mendorong dan optimis Bali bisa menjadi pilot projects industri welness berkelas dunia.

“Saya rasa kita bisa jadikan Bali jadi pilot projects industri welness dunia,” kata Teten Masduki dalam sambutannya saat hadir dalam acara Wellness Talk: Masa Depan Tradisi Welness Bali di Kampus UNHI (Universitas Hindu Indonesia) Denpasar, pada Jumat (6/5/2022).

Hadir juga Rektor UNHI Prof Made Damriyasa, Dewan Pembina Indonesia Wellness Institute Fiki Satari, dan Sekjen Indonesia Wellness Institute Ida Bagus Agung Gunarthawa, Ketua Bali Maha Usadhi atau Asosiasi Wellness Bali, Prof Gelgel Wirasuta.

Keluhuran nilai-nilai, literasi, tradisi, adat, budaya serta kepercayaan masyarakat Bali yang dipadu dengan keunggulan dan kekayaan alamnya, telah memberikan kekuatan tersendiri bagi lahirnya berbagai bentuk kreasi dan inovasi.

Yang menjadi pekerjaan rumah saat ini adalah bagaimana agar kekuatan tersebut bisa berkelanjutan, menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat, yang berhulu pada harmonisnya upaya konservasi dengan pemenuhan kebutuhan hidup saat ini melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Tradisi Wellness Bali sebagai tradisi unik yang sejatinya mengakar begitu dalam di setiap tata laku keseharian dan pranata sosial masyarakat, merupakan salah satu dari kekuatannya.

Untuk itulah Kementerian Koperasi dan UKM, Indonesia Wellness Institute (IWI) dan Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar berjabat erat dalam satu kolaborasi untuk kejayaan Tradisi Wellness Indonesia melalui kegiatan Wellness Talks dengan tema “Masa Depan Tradisi Wellness Bali”

Kemenkop ingin memastikan UKM Indonesia hadir kuat dalam ekosistem industri wellness, tangguh di pasar lokal dan unggul di pasar global dengan potensi ekonominya yang mencapai Rp 63.000 triliun (berdasarkan data: Global Wellness Institute 2020).

Lebih lanjut Teten Masduki menyebutkan sudah saatnya kita melirik potensi ekonomi yang luar biasa yakni welness product. Di negara-negara maju kesehatan tidak lagi berbasis pada pendekatan kuratif atau pengobatan tapi preventif yakni bagaimana mencegah orang sakit dengan pengembangan welness product.

Teten menyebutkan Bali mempunyai modal yang sangat kuat menjadi pilot projects industri welness berkelas dunia. Hal ini lantaran Pulau Dewata Bali memiliki semua aspek yang sangat lengkap untuk mendukung pengembangan industri wellness.

Pertama, nilai-nilai luhur literasi, tradisi,adat dan budaya Bali yang menjadi wujud dari tradisi welness Bali. Kedua, ragam kekayaan sumber daya alam yang menjadi komposisi utama produk-produk welness.

Ketiga, kreativitas dari para pelaku ekonomi UMKM Bali sangat luar biasa. Keempat, produk welness Bali memiliki keunggulan karena sangat berkaitan erat dengan industri pariwisata di Bali. “Pengembangan produk welness ini bisa jadi bagian ekosistem pariwisata dunia,” ujar Teten.

Dia menyebutkan beberapa contoh produk welness Bali dengan potensi tinggi seperti produk spa di hote-hotel yang hingga saat ini diakui sebagai salah satu produk spa terbaik di dunia. Lalu ada hand sanitizer dan essence oil.

Rektor UNHI Prof Made Damriyasa menyambut baik dorongan dan dukungan dari Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki untuk mengembangkan industri wellness di Bali. UNHI sangat siap dan akan berada di garda terdepan ikut mewujudkan hal tersebut.

“UNHI memang sangat fokus kembangkan Balinese Wellness menjadi potensi ekonomi yang digarap UMKM di Bali,” ujarnya.

Sementara itu Sekjen Indonesia Wellness Institute Ida Bagus Agung Gunarthawa menambahkan ada momentum yang luar biasa untuk menangkap peluang industi wellness di tengah pandemi Covid-19 dimana banyak orang sudah mulai sadar pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah penyakit.

Di sisi lain wellness ini dinilai sangat universal dan ruang lingkup pengembangannya bisa sangat luas dan beragam serta juga bisa berdasarkan dengan kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah. Welness juga sudah menjadi aspek preventif dalam kesehatan bukan lagi unsur kuratif atau pengobatan tapi orang menjaga kesehatan.

“Jadi Bali yang kuat dengan narasi, literasi, budaya, adat istiadat yang sebenarnya bahkan sudah melekat konteks welnessnya disana. Ini sebenarnya harus bisa jadi positioning yan menarik untuk dikembangkan,” papar Agung Gunartawa yang juga CEO BITHUB (Bali Initiative Hub) ini.

Apalagi dengan adanya momentum forum KTT G20 di Bali yang bisa menjadi jendela kita memperkenalkan potensi produk unggulan Bali. “Dari sisi pasar, ada 63 ribu triliun rupiah market wellness harusnya bisa kita garap dan kita kawikan dengan tourism,” ujar pria yang juga Direktur Pemasaran Indonesia Creative Cities Network (ICCN) atau Jejaring Kota/Kabupaten Kreatif Indonesia ini. (wid)