Denpasar (Metrobali.com)-

PT Bangun Segitiga Mas (BSM) membantah tudingan hendak mereklamasi kawasan Teluk Benoa, Kabupaten Badung, Bali.

“Kami tegaskan, kami tidak berencana untuk melakukan reklamasi terhadap kawasan Teluk Benoa, namun kami melakukan normalisasi dengan pengerukan alur muara sungai-sungai yang berada di kawasan itu karena mengalami pendangkalan. Sisa hasil kerukan akan kami timbun pada pulau sekitar yang terkena abrasi,” kata Komisaris PT BSM Made Jayantara di Denpasar, Jumat (5/7).

Menurut dia, ada tujuh alur menuju kolam Pelabuhan Benoa yang harus dikeruk karena pendangkalan, di antaranya Pulau Serangan, Pesanggaran, Tukad Badung, Tukad Mati, Mumbul, dan hutan bakau menuju kawasan Celuk (Laguna BTDC).

“Biota laut yang ada di sana tetap kami lindungi dan bahkan sudah kami inventarisasi. Kami sama sekali tidak menyentuh mangrove (bakau). Selain itu, kawasan yang akan ditimbun juga dulunya merupakan daratan,” ucapnya.

Untuk merealisasikan upaya normalisasi alur sungai, modernisasi Pelabuhan Benoa, dan menyiapkan infrastruktur di daerah ekonomi baru Teluk Benoa, pihaknya menyiapkan dana investasi sebesar tiga miliar dolar AS yang berasal dari modal perusahaan dan perbankan.

“Kajian yang kami susun untuk rencana ini melibatkan akademisi dari Universitas Udayana, Universitas Brawijaya, dan konsultan berpengalaman. Kajian kami komprehensif dan sudah menyiapkan teknologi modern karena melihat pengalaman yang sudah-sudah. Jangan sampai di sini ditimbun, tetapi di wilayah lain terkena abrasi,” kata Jayantara.

Pengusaha yang berkecimpung di usaha properti itu sengaja memilih kawasan Teluk Benoa untuk membangun daerah ekonomi baru karena sejalan dengan upaya modernisasi pelabuhan.

“Pelabuhan Benoa menurut kami sudah kedaluwarsa, sudah tidak layak ada di Bali tanpa ada modernisasi. Kami usulkan adanya daerah ekonomi baru sebagai kompensasi ekonomis atas perbaikan pelabuhan yang akan kami lakukan. Di Teluk Benoa kami rancang akan dibangun kompleks olahraga lengkap dengan apartemennya, kawasan wisata bahari, sarana ibadah dan sebagainya,” ucapnya.

Jayantara menegaskan bahwa perusahaannya di bawah bendera BSM berpartisipasi dalam pembangunan Provinsi Bali, khususnya Teluk Benoa, dengan didasari itikad untuk memberdayakan nelayan tradisional di kawasan tersebut, memprioritaskan perekrutan tenaga kerja lokal, dan mendukung pengembangan wisata bahari.

“Masterplan kami tidak bersinggungan langsung dengan hutan mangrove di sana sehingga harapan kami bahwa kerusakan lingkungan tidak sampai terjadi,” ujarnya.

Pihaknya sampai saat ini sudah mengantongi rekomendasi untuk melakukan studi kelayakan, sedangkan prastudi kelayakan sudah dipresentasikan di Bappeda Bali. “Kami sebelum mengajukan prastudi kelayakan pada Mei 2012 ke Bappeda Bali, sudah matang-matang menyiapkan sisi pendanaan dan melakukan kajian supaya tidak seperti kejadian di Pulau Serangan terulang kembali,” ujarnya.

Namun proses untuk mewujudkan semua rencana itu masih panjang. “Patut diingat, rekomendasi yang kami pegang bukanlah rekomendasi untuk pembangunan dan izin prinsip, melainkan rekomendasi untuk melakukan studi kelayakan. Kami juga belum bisa menentukan luasan pasti, letak bujur dan derajat yang akan dijadikan daerah ekonomi baru karena di DPRD Bali sendiri sedang dibahas Perda Zonasi,” katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT BSM Candra Wijaya menambahkan bahwa kondisi Pelabuhan Benoa yang ada saat ini sudah tidak memadai dari sisi penyediaan peti kemas, menghadapi kedatangan kapal pesiar, dan kurang bersahabat bagi nelayan tradisional.

“Kerajinan Bali tidak berkembang karena peti kemas di Benoa sangat tidak memadai. Bisa dibayangkan juga betapa beban jalan yang harus ditanggung kota-kota di Bali akibat kendaraan besar yang lalu-lalang di jalan karena keterbatasan peti kemas,” katanya.

Ia juga menilai Pelabuhan Tanah Ampo di Karangasem juga sangat tidak memadai, tidak representatif sebagai pelabuhan internasional yang menerima kunjungan kapal pesiar.

“Di sisi lain, dengan kondisi Pelabuhan Benoa saat ini nelayan tradisional saat mengisi air saja susah. Demikian juga hasil tangkapan jika tidak segera ada yang mengambil akan rusak karena mahalnya tempat penyimpanan ikan segar,” ucapnya.

Dengan memodernisasi Pelabuhan Benoa, pihaknya juga menyiapkan fasilitas penyimpanan ikan segar untuk nelayan tradisional, fasilitas perbaikan kapal, hingga fasilitas kesehatan.

Terkait dengan rencana tersebut, pihaknya juga sudah melakukan sosialiasi kepada pihak Desa Adat Pesanggaran, Serangan, Kedonganan, Jimbaran, Bualu, Tanjung Benoa, dan Kelurahan Benoa. “Kami murni sosialiasasi, tidak ada iming-iming uang dan tidak ada pengikatan apa-apa kepada desa adat,” katanya.

Selain PT BSM, ada tiga investor lagi yang berniat mengembangkan kawasan Teluk Benoa, yakni PT Tirta Wahana Bali Internasional, PT Wijaya Property, dan PT Garuda Jaya. INT-MB