Klungkung ( Metrobali.com )-
Gara-gara proyek irigasi Petani di subak Nyanglan, Banjarangkan, Klungkung terancam gagal panen. Dimana lahan sawah petani 79 hektar yang telah ditanami padi tidak mendapatkan air sejak seminggu. Malah umur padi tersebut diketahui baru berumur 41 hari.
Mendengar kabar tersebut pada hari Senin 23/7 sekira pukul 12.30 wita  Metrobali.com bertandang ke Subak desa Nyanglan, Banjarangkan, Klungkung. Ditemui dilokasi salah satu petani subak nyanglan Mangku Pageh, mengakui kalau lahan di Subak Nyanglan sudah seminggu tidak mendapatkan air dimana subak terdiri dari tiga tempek diantaranya tempek Buduka, Linmas dan Tagtag.
Menurut Mangku Pageh hal itu akibat sedang dekerjakan proyek saluran irigasi dibagian hulu. Disubak nyanglan ini ada sekitar 79 hektar sawah, 8 hektar sama sekali tidak mendapatkan air, malah air tidak sampai ke subak Bukbuk terletak dibagian selatan, ujar Mangku Pageh.  Didampingi Nyoman Karuk, lebih lanjut Mangku Pageh mengatakan sempat tiga kali gagal panen. Dari klian subak tidak ada perhatian, terkadang ada bantuan selama ini tidak transfaran selalu ditutpi, bahkan petani diharuskan membayar jika mengambil bantuan bibit begitu juga bubuk organik. Mangku Pageh mengaku dirinya mantan klian subak setahunya bantuan bibit dari pemerintah itu gratis untuk petani tidak harus dibayar, ungkapnya
Apa kata Klian Subak Nyanglan ketika diconfirmasi keluhan angggota subak yang dipimpinnya. Memang benar  kalau air yang mengaliri sawah subak warga tidak mengalir sejak seminggu.
Hal itu dikarenakan saluran irigasi sedang diperbaiki, itu sebelumnya Krame ( warga ) sudah diberi tahu, sosialisasipun juga dilakukan. ” Proyek irigasi dikerjakan pada tanggal 20uni 2012 lalu, hal ini sudah disampaikan kepada petani akan sulit mendapatkan air. Itupun petani tetap juga berani menanam, ujar Karca
Ditanya Metrobali.com terkait dana bantuan Pemerintah yang tidak transparan, “saya sudah memberitahukan setiap ada bantuan dari pemerintah kepada petani, seperti bantuan dari pemkab sebesar Rp Rp 60 juta pada tahun 2011. Dimana pihaknya dalam paum (rapat), krame menyetujui bantuan tersebut dialihkan untuk pembangunan pura subak. Yang mana petani telah sepakat dalam pembangunan pura subak diangsur daripada bantuan tersebut dibagi tidak merata, itupun pihaknya sudah menyampaikan hal itu kepada pemkab disetejui. Maka dipakai biaya iuran untuk pembangunan Pura subak,” ujarnya.
Terkait bantuan pupuk dan bibit di subak Nyanglan hanya mendapat bantuan 25 hektar, bantuan tersebut jelas tidak mencukupi untuk itu saya sebagai klian subak mengambil inisiatif menjual bersama krama dengan setengah harga tujuannya agar petani lain mendapatkan juga, bantuan pupukpun sama untuk pemerataan, ujar Karca. SUS-MB