Denpasar (Metrobali.com)-

Produsen minuman keras jenis arak di Bali mengaku tak menggunakan methanol dalam proses produksi minuman tersohor itu. Gentong, begitu ia minta disapa, mengaku arak buatannya sejak lama hanya berbahan baku alam. “Arak saya dari tuak, dari kelapa. Lalu melalui proses penyulingan. 100 liter tuak menjadi 10 liter arak,” terang Gentong, Jumat 3 Agustus 2012.

Gentong memproduksi arak sejak turun temurun di Kabupaten Karangasem. Kabupaten Karangasem memang terkenal di Bali sebagai produsen arak nomor wahid. Gentong mengaku menjalani profesinya sejak ia masih kecil. “Sejak kecil saya sudah menggeluti pembuatan arak. Saya memproses kelapa pagi dan sore. Pagi dapat 10 liter, sore dapat 5 liter,” terang Gentong.

Ia mengaku hasil produksi araknya mengandung 50 persen alkohol. Saat ditanya bagaimana hasil produksinya menghasilkan alkohol begitu tinggi, Gentong menjawab jika hal itu dihasilkan dari proses penyulingan yang begitu lama. “Tidak perlu dicampur dengan yang lain alkoholnya mencapai 50 persen. Ini murni dari alam. Tidak ada campuran methanol. Kalau yang lain saya tidak tahu,” katanya.

Sebuah imbauan penting disampaikan dokter kepada wisatawan yang akan menikmati keindahan Pulau Bali. Ada bahaya yang mengintai mereka, dalam bentuk arak yang tercemar metanol. Seperti dimuat situs Perth Now, Jumat 3 Agustus 2012, imbauan menyusul insiden yang menimpa seorang turis Amerika yang mengalami kerusakan permanen pada penglihatannya akibat arak oplosan itu. Remaja 19 tahun itu mengalami keracunan metanol alias spiritus saat menenggak delapan hingga 10 gelas minuman gratis, campuran arak dan jus buah, di sebuah bar di Denpasar, Bali. BOB-MB