SIAPA yang tak kenal dengan kisah Sampek Ingtay. Rasanya, publik terutama pencinta seni budaya sudah pasti cukup akrab. Pasalnya, kisah cinta bernuansa tragedi berlatar zaman kerajaan Dinasti Jin sekitar tahun 275 masehi ini konon telah menginspirasi sastrawan besar William Shakepeare membuat drama Romeo dan Juliet. Tak hanya itu, kisah mengharu biru yang mampu memikat hati penikmatnya, khalayak publik ini bahkan telah menjadi bagian tersendiri dalam beragam seni pertunjukan Bali seperti Drama Gong, Arja, Prembon, Wayang Kulit, hingga drama kontemporer Bali.

Lantas apa jadinya jika kisah Sampek Ingtay itu digarap secara spektakuler dan cukup kolosal sebagai seni pertunjukan unggulan provinsi Bali pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34 tahun ini oleh Pramusti Bali, persatuan artis, penyanyi, pencipta lagu, musisi dan insan seni Bali. Terlebih lagi, seni pertunjukan itu dikemas berbeda dari biasanya dalam bentuk garapan kolaborasi seni budaya berupa Drama Musikal Modern, yang melibatkan ratusan seniman Bali mulai dari jenjang anak-anak, remaja hingga dewasa baik tingkat junior maupun senior atau lawas.

Menariknya, drama musikal modern yang kini telah ditasbihkan sebagai ikon baru dalam PKB tahun ini secara khusus mendaulat penulis naskah sekaligus sutradara dari seorang seniman teater dan musik serta jurnalis mingguan di Bali, yakni Ida Bagus Martinaya yang akrab disapa Gus Martin. Selain itu, juga melibatkan seorang komposer muda berbakat dan sangat berpengalaman dalam dunia seni budaya di Bali, yakni I Ketut Lanus yang didukung secara totalitas dengan semangat ngayah tulus iklas tanpa pamrih oleh para seniman dari sanggar Cahya Art, Denpasar.

Bahkan, dalam upaya memberikan kesan lebih elegan, trendy, dan mewah sesuai konteks zamannya pada seni pertunjukan drama musikal modern Pramusti Bali ini juga menggandeng para penata rias wajah dan kostum (busana) dari sanggar Cahya Art Suka, Denpasar. Selain itu, juga dimeriahkan kelompok musik Rare Kual Singaraja pimpinan Wayan Sujana dan dilengkapi personel band seperti Cipluk (drum), Nonik (bas), Gung Edy (gitar), serta Gus Rajes dan Koming Candra (keyboard).

Di samping itu juga didukung oleh sanggar Gita Ulangun, Gianyar pimpinan Gusti Putu Yasa alias Pekak Botak, serta ditingkahi atraksi teaterikal para pelawak Bali. Di antaranya duet pelawak cilik Ek Ok dan Banyol, Kripik dan Petong, serta pelawak senior seperti Kula dan Kuli, Tapak dan Kaki, Ayu Petong dan Putu Sampik, Duo Liku Codet dan Pareso, serta Sengap dan Senger. Sementara itu, untuk perlengkapan dan peralatan panggung selain didukung oleh panitia PKB tahun ini juga akan dibantu sound system dan lighting secara totalitas dengan semangat ngayah tulus iklas tanpa pamrih dari Pregina Production pimpinan Bagus Mantra.

Yang tak kalah penting sekali adalah semangat dan dukungan serta partisipasi aktif dari para seniman Bali yang tergabung dalam wadah organisasi Pramusti Bali. Pasalnya, meskipun dengan dukungan dana yang sangat minim dan cukup terbatas mereka tetap berjuang keras dan berupaya maksimal untuk dapat menampikan sebuah sajian seni pertunjukan berstandar internasional sesuai dengan konteks dari peradaban zaman dan sekaligus adaptasi tema dari PKB ke-34 tahun ini, yang mengusung tema Paras-Paros: Dinamika dalam Kebersamaan. Demi upaya penajaman hati nurani dan budi pekerti dalam penguatan tata nilai adiluhung dari kesucian ruh dan taksu kebudayaan bangsa berbasis kearifan budaya lokal khas Bali dalam konstruksi PKB di masa mendatang.

Drama musikal modern Pramusti Bali ini akan dipentaskan Jumat (6/7) malam sekitar pukul 19.00 Wita di panggung terbuka, Ardha Candra (Arts Centre) Bali, Denpasar dalam bentuk teaterikal komedi parodi dalam tujuh babak dengan bahasa ungkap yang sarat makna, cukup segar dan menggelitik, kocak, dramatis, serta humoris berdurasi sekitar tiga jam lebih. Intinya, pesan moral dari drama musikal Pramusti Bali ini sebagai upaya meningkatkan semangat emansipasi atau kebersamaan atas hak hidup, kesetaraan perempuan dan pentingnya pendidikan, serta menanamkan nilai kesetiaan, komitmen dan konsistensi sikap, serta kebersamaan (paras paros) dan kepemimpinan.

Pembabakan

Seni pertunjukan drama musikal modern yang mengadaptasi cerita atau legenda tentang pergulatan cinta dalam kehidupan berlakon Sampek Ingtay ini akan diawali dengan sajian konser musik pembuka dari para artis solo pilihan dari penyanyi pendatang baru baik anak maupun penyanyi lawas alias senior. Di antaranya Chesya Wandhira, Vivin n Ninin, Niki Brendi, Ayuni Citra Dewi, Bayu Krisna, Alin, Lesthary, Duo Thiwi, Putu Lina, Dian, Nanoe, dan Ayu Handayani. Dalam aksinya mereka hanya dapat jatah tampil menyapa para undangan dan penonton dari khalayak pencinta seni budaya terutama para fans fanatik musik Bali dengan iringan minus one ataupun akustik lewat satu nomor andalannya.

Selanjutnya, tepat pukul 20.00 Wita seni pertunjukan drama musikal dimulai dengan tabuh pembuka dari sanggar Cahya Art Denpasar pimpinan I Ketut Lanus yang ditingkahi desahan vokal dan aksi pakeliran dari artis penyanyi solo yang juga seorang dalam wanita ternama di Bali, yakni Ayu Saraswati sebagai pengantar lakon dengan diselingi alunan vokal kidung penyanyi Bali, Gubag. Kemudian satu persatu para tokoh dari drama musikal Pramusti Bali memulai aksinya mulai dari masa pergolakan jiwa Ingtay yang diperankan oleh Trisna Sing Taen Enduk dan Sampek (Manik), Macun (Bayu KW) sebagai tokoh utama hingga harapan dan kisah cintanya kandas ditelan bumi.

Drama musikal Pramusti Bali ini, juga didukung oleh para tokoh pendukung utama di antaranya sebagai orangtua Ingtay, Bak Pao (Agung Wirasutha) dan Buk Pao (Prida Dewi), Ingtay masa kecil (Puja), teman-teman Ingtay seperti Pang Sit (Deama) dan Mie Kwah (Yasa Sega), Dewi Pradewi, Anggi, Dian AFI, Gek Gita, Ayuni Citra Dewi, Lesthary, serta peran tokoh dari para artis solas bintang (Sarah, Astrid, Julia, Dewi, Wahyu, Dea, Opik, Cani, dan Gek Nia), dan Ocha, Gek Riris, lainnya.

Tak hanya itu, drama musikal Pramusti Bali ini juga akan dimeriahkan penampilan sederetan artis Bali seperti Ayu Stiati, D’Antoni, Galuh Bilen dengan penari kontemporer Nyoman Sura, AA Raka Sidan, 3G, Eka Badeng, Dipa, Marlen Vitix, Lanang Mr Botax, Rah Tu [XXX], serta Tu Krisna KIS duet Tiari Bintang. Menariknya, setiap pembabakan akan diselingi alunan tembang yang mengikat lakon cerita karya cipta dari penulis naskah dan sutradara, Gus Martin. Selain itu, juga akan ditingkahi desahan vokal Widi Widiana lewat tembang andalannya Sampek Ingtay. Dan, sebagai pemungkas drama musikal modern Pramusti Bali ini akan ditutup Hymne Pramusti Bali dan foto bersama pendukung acara dengan para tamu undangan.

Proses Kreatif

Menarik untuk ditelisik bahwa proses kreatif dari penggarapan drama musikal modern Pramusti Bali yang mengusung lakon Sampek Ingtay pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun ini. Pasalnya, berkah apresiasi positif dari pemerintah ini dijadikan sebagai ikon baru dan sekaligus kesenian unggulan provinsi Bali. Selain itu, proses kreatifnya tergolong tidak mudah karena melibatkan ratusan seniman Bali, yang sudah sangat padat jadwal pentas di sejumlah tempat hiburan di seluruh pelosok Bali, termasuk luar Bali maupun luar negeri.

Hampir selama dua bulan lamanya, proses kreatif ini berlangsung dengan penuh suka duka, yang sepertinya sangat mengadaptasi kisah Sampek Ingtay itu sendiri. Proses kreatif selama ini mendapat dukungan penuh dari Institut Seni Indonesia, Alfa Prima, dan DPRD Bali, serta Taman Budaya (Arts Centre) Bali Denpasar. Dalam kondisi politik demokrasi yang ditingkahi nuansa euforia sepak bola dunia yang mengharu biru, Ketua Pramusti Bali, IGN “Rahman” Murthana bersama para pengurusnya berupaya maksimal untuk menjaring seniman Bali dan para artis penyanyi, pencipta lagu, musisi, dan insan seni Bali untuk turut berpartisipasi aktif sebagai peran tokoh utama maupun pendukung utama serta pelengkap musik iringan dalam penggarapan drama musikal modern ini.

Ironisnya, gejolak jiwa dan jeritan hati Pramusti Bali (Rahman,-red) bahkan sangat berkecambuk ketika sebagian besar anggotanya dengan semangat juang empat lima berebut untuk turut berpartisipasi. Akibatnya, beragam upaya pun dilakukan untuk memberikan pengertian karena tidak mungkin menampilkan semuanya secara serempak, mengingat keterbatasan durasi tampil dan peran tokoh yang dibutuhkan. Terlebih lagi, garapan drama musikal modern Pramusti Bali yang kini telah menjadi sorotan publik memerlukan bakat dan talenta tersendiri bagi para artis, penyanyi, musisi, dan insan seni Bali yang memang sungguh-sungguh ingin mengembangkan kreativitas kreatif seninya secara otodidak dalam dimensi berbeda secara sistemik dan berkelanjutan.

Dalam rangka mengapresiasi secara positif komitmen pemerintah melalui Dinas Kebudayaan Bali dalam menguatkan perjuangan Pramusti Bali sebagai upaya meningkatkan profesionalitas, dan menggugah rasa estetis, nilai moralitas, serta meningkatkan mutu dan kualitas seniman Bali terutama di bidang seni musik berstandar internasional. Selain itu, sebagai upaya konkret yang cukup strategis dalam menepis image PKB yang dicap selalu monotun, karena dianggap gagal melakukan penggalian terhadap peningkatan pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kearifan budaya lokal khas Bali dengan beragam varian keseniannya. Sehingga, politik tontonan citra budaya dalam konstruksi PKB tahun ini mampu bersaing secara global baik lokal, nasional maupun dunia.

Tak hanya itu, drama musikal modern ini juga sekaligus sebagai upaya untuk mengapresiasi semangat ngayah tulus iklas tanpa pamrih dari para anggota Pramusti Bali, yakni persatuan artis, penyanyi, pencipta lagu, musisi, dan insan seni Bali, yang telah berdiri sejak, 30 Juni 2004 dan dideklarasikan secara publik sejak, 30 Oktober 2004, serta telah mengukuhkan kepengurusan barunya, Minggu, 14 Desember 2010 lalu. Diharapkan, garapan drama musikal modern Pramusti Bali ini nantinya mampu menggugah apresiasi kreatif bagi denyut nadi kehidupan berkesenian di Bali ke depannya, terutama di bidang seni musik mebasa Bali.(*)

* I Nyoman Wija, SE. Ak

* Penulis adalah Jurnalis dan Fotografer sebuah Media Harian di Bali, yang juga Aktivis Kordem Bali Pemerhati Sosial Budaya, dan Karyasiswa Kajian Budaya Unud Denpasar.