PKB 2015

Pesta Kesenian Bali (PKB), tradisi tahunan yang menampilkan keragaman dan ekspresi keindahan manusia Bali yang dikonsep budayawan Prof Dr Ida Bagus Mantra (almarhum) 37 tahun silam (1978-2015) menjadi salah satu ikon seni budaya Pulau Dewata.

Dari tahun ke tahun PKB semakin semarak dan berkualitas, sehingga seni dapat berfungsi dan tetap hidup dalam masyarakat di tengah-tengah pergaulan era global, yang kali ini mengusung tema “Jagaddhita” yakni memperkokoh kesejahteraan masyarakat yang berlangsung sebulan penuh, 13 Juni-11 Juli 2015.

Kegiatan yang digelar secara berkesinambungan selain untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan seni budaya, PKB juga didesain untuk mengangkat citra Bali sebagai daerah tujuan wisata di dunia internasional yang aman dan nyaman.

Aktivitas seni tahunan yang berlangsung bertepatan dengan liburan panjang anak-anak sekolah pada bulan Juni-Juli menyuguhkan berbagai bentuk dan keragaman kesenian Bali, nusantara bahkan grup kesenian mancanegara ikut berperanserta, tutur Gubernur Bali Made Mangku Pastika ketika memimpin rapat persiapan pelaksanaan PKB.

Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri kabinet dijadwalkan akan menghadiri pembukaan PKB Sabtu, 13 Juni 2015 sehingga persiapannya telah dilakukan secara matang.

Persiapan itu termasuk merubah rute pawai pembukaan PKB dibandingkan kegiatan serupa tahun sebelumnya dan dimulai dari depan Kantor Gubernur Provinsi Bali di kawasan Niti Mandala Renon Denpasar.

Perubahan rute pawai PKB tersebut untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat luas agar dapat leluasa menonton acara yang mereka tunggu-tunggu.

Pada pembukaan PKB tahun sebelumnya, peserta pawai yang merupakan seniman dari sembilan kabupaten/kota, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, partisipan luar provinsi dan luar negeri, mereka biasanya memulai berpawai dari sisi parkir timur Lapangan Puputan Margarana, Denpasar dan berakhir di perempatan Gedung Bank Pembangunan Daerah Bali. Atau dengan kata lain, peserta pawai hanya berjalan di sisi selatan lapangan di depan panggung kehormatan.

Dengan mulainya pawai dari depan kantor Gubernuran atau sebelah utara lapangan Puputan Margarana, lalu peserta berjalan ke arah barat lapangan, baru berakhir ke sisi selatan di depan Monumen Bajra Sandhi yang terletak panggung kehormatan.

Perubahan rute itu dilakukan setelah berkali-kali peserta pawai budaya begitu lewat di depan panggung kehormatan, lalu bubar, padahal masyarakat belum sempat menyaksikannya.

Jalan agak lama Gubernur Pastika mengaku, dengan perubahan rute tersebut peserta pawai PKB kali ini akan mempunyai waktu berjalan agak lama dan mereka tentu tidak akan cepat bubar karena belum tampil di depan panggung kehormatan yang dijadwalkan akan dihadiri Presiden Joko Widodo.

Dengan demikian penonton juga bisa tersebar ke beberapa sisi lapangan dan tetap dapat melihat penampilan yang terbaik dari peserta pawai.

Oleh sebab itu panitia perlu menyiapkan panggung untuk penonton di sisi selatan dekat panggung kehormatan, karena peserta tentu tetap berniat menampilkan atraksi yang terbaik di depan panggung kehormatan.

Semua itu perlu diantisipasi dengan baik agar pelaksanaan pawai PKB tetap terlaksana dengan aman dan lancar.

Duta seni dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang ikut ambil bagian dalam kegiatan PKB sudah melakukan persiapan sejak bulan Maret atau tiga bulan sebelumnya, terutama peserta Festival Gong Kebyar.

Menurut Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi masing-masing kabupaten/kota berusaha menampilkan duta terbaiknya karena gong kebyar menjadi salah satu favorit masyarakat Pulau Dewata dalam pesta seni.

Masing-masing kabupaten atau kota mempersiapkan tiga tim gong kebyar yakni kelompok dewasa, wanita dan kontingen anak-anak. Begitu sebuah sekaa atau sanggar yang akan menjadi utusan daerahnya masing-masing, kesibukan sejak tiga bulan lalu mulai memancar.

Seluruh komponen terlibat dalam tim seperti para pelaku seni (penabuh, penari, dalang) termasuk para kreator (komposer dan koreografer), panitia magerial, dan pihak birokrasi masing-masing pemerintah kabupaten, semuannya bersatu padu menjalin kerja sama untuk tujuan yang sama meraih juara bergengsi.

Yang berada pada barisan paling depan tentu para seniman, baik penyaji maupun penggarap. Seniman penyaji adalah para penabuh dan penari–festival gong kebyar berintikan lomba tabuh yang juga mengkompetisi seni tari.

Mereka itu sudah direkrut jauh-jauh hari. Ada yang mengunggulkan para pengerawit seka sebunan (banjar atau desa) dan ada pula gabungan dari seluruh kabupaten/kota, begitu juga penarinya.

Tapi dalam beberapa tahun terakhir, demi hasrat menjadi yang terbaik, cenderung memadukan seluruh seniman kabupaten/kota yang dikualifikasikan memiliki potensi dalam bidangnya masing-masing.

Gong kebyar sejak dimulai tahun 1968 dengan nama Meredangga Uttava, festival gong kebyar se-Bali memang bergemuruh. Peristiwa seni pentas yang digelar Listibiya Provinsi Bali itu menyedot perhatian masyarakat.

Namun pada waktu itu, kelompok “sebunan” lebih mengambil peran dan menuai kejayaan seperti Seka Gong Kebyar Belaluan Sadmerta Denpasar, Seka Gong Kebyar Jaya Kesuma Banjar Gladag Denpasar, Seka Gong Kebyar Banjar Pinda, Blahbatuh, Gianyar, dan beberapa seka gong kebyar dari Bali Utara.

Pada lomba gong kebyar masa kini, menurut Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar peran seka “sebunan” diambil alih tim seniman gabungan yang langsung dikoordinir dan difasilitasi oleh badan terkait masing-masing Pemkab.

Semua itu bertujuan untuk bisa tampil yang terbaik pada pementasan di panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar yang selalu dipadati penonton, ujar Kadek Suartaya. AN-MB