Selama ini PHDI disorot masih abu-abu.

TOLAK REKLAMASI

Tolak Reklamasi Teluk Benoa/net

Denpasar (Metrobali.com)-

Gelombang penolakan reklamasi Telok Benoa berkedok revitalisasi terus mengemuka. Berbagai aksi dan sikap menentang atas megaproyek yang dilakukan oleh PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) ini. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) sebagai lembaga umat yang seharusnya memberikan pandangan dan kajian dalam persfektif agama dalam menyikapi isu tersebut selama ini disorot masih abu-abu.

“Seharusnya Parisada mereka memiliki sikap tegas dengan pandangan agama yang kuat. Sehingga memberikan penjelasan secara utuh bagi umat Hindu di Bali untuk menolak keras revitalisasi berkedok reklamasi ini,”tegas Ketua Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) Ida Bagus Ketut Susena, Minggu (11/10) di Aula Kampus Unhi di sela diskusi panel bertajuk “Memperkuat Solidaritas dan Sinergitas Umat, Dalam Menjaga Bali sebagai Barometer Hindunesia”.

Acara yang dihadiri oleh Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali, Paiketan Puri se-Jebag Bali, Tokoh Hindu, akademisi, mahasiswa dan anggota Puskor Hindunesia (Relawan dharma) berjalan cukup alot. Selain masalah keumatan, isu pelemahan (lingkungan), khususnya reklamasi Telok Benoa menjadi perhatian serius dalam diskusi tersebut.

Lebih jauh, Susena mengatakan seharusnya PHDI sebagai majelis tertingi umat Hindu bisa memberikan contoh. Bukan malah sebaliknya.Gamang dalam bersikap atas isu yang menyita perhatian masyarakat luas tersebut. Ia juga menyayangkan, Parisada tidak memiliki sikap yang jelas atas reklamasi sebagai perpanjangan tangan dari umat Hindu baik di tingkat provinsi maupun pusat. “Jadi kita sangat mempertanyakan komitmen mereka dalam menjaga alam Bali,”singgung Susena. Menurut dia, PHDI memiliki power yang cukup kuat dan memiliki akses ke pemerintah agar proyek tersebut ditunda. Namun, sayang tanda-tanda itu tidak ditunjukkan.

Kemarin, Ketua PHDI Pusat Sang Nyoman Suwisma sempat hadir membuka acara tersebut, lalu pergi meninggalkan diskusi dengan alasan acara pesamuhan PHDI di Denpasar. Padahal, sesuai agenda, ia didaulat menjadi pembicara dalam kesempatan tersebut. “Kalau kecewa sudah pasti, padahal kita ingin juga memberikan masukan-mauskan agar bisa menjadi agenda PHDI,”aku Susena yang juga mengundang PHDI Bali namun tidak hadir.

Sementara itu Pengurus Paiketan Puri se-Jebag Bali Anak Agung Gde Agung Bagus Sutedja mengatakan pihaknya secara prinsip sejalan dengan visi dan misi Puskor Hindunesia dalam penyelamatan alam Bali yang saat ini kian bopeng. Bahkan, dalam beberapa kali diskusi yang diikutinya, ia menyimpulkan bahwa reklamasi tidak bisa sepenuhnya diterapkan di Pulau Bali dengan kondisi sosial, budaya dan religius yang ada. “Isu ini juga akan kami kawal dalam internal Paiketan Puri se-Jebag Bali. Yang jelas kami komit (menolak reklamasi, red) ,”tegasnya.

Selain menyikapi masalah lingkungan, acara yang dirangkai dengan Krya Sabha Dekornas Puskor Hindunesia 2015 ini juga menyikapi berbagai masalah keumatan di Bali dan Indonesia. Mulai dari masalah SDM, pendidikan, pemberdayaa umat, pelaksanaa praktik beragama dan penguatan koordinasi dan kinerja para relawan yang tersebar di berbagai daerah di Nusantara. RED-MB