Negara (Metrobali.com)-

Petani di Kabupaten Jembrana, Bali, memanen dini tanaman padinya yang roboh akibat angin kencang.

“Seharusnya padi ini baru dipanen sekitar dua minggu lagi. Tapi karena roboh dan terendam air, lebih baik segera dipanen daripada seluruhnya rusak,” kata Ketut Bawa, petani di Desa Penyaringan, Jumat (12/7).

Dalam kondisi tanaman padi seperti itu berpengaruh terhadap harga jual gabah.

“Kalau kami tunggu sampai masa panen normal, padi ini sudah rusak duluan. Daripada sama sekali tidak laku lebih baik segera dipanen meskipun hanya bisa balik modal saja,” ujarmua.

Menurut Bawa, kondisi padi seperti harga jualnya pun hanya Rp250 ribu untuk tiap are.

“Kalau panennya normal, harganya bisa Rp300 ribu perare. Tapi karena padi saya seperti ini, saya terima saja harga Rp250 ribu tiap are,” katanya.

Ia terpaksa menjual padinya meski tidak sesuai harga pasaran karena belajar dari pengalaman masa panen sebelumnya.

Bawa mengungkapkan bahwa saat itu tanaman padi miliknya seluas 1 hektare tidak laku dijual karena dia membiarkan padinya yang roboh tidak segera dipanen.

“Waktu itu saya menunggu hingga usia padi bisa dipanen secara normal. Tapi ternyata malah rusak karena terendam air,” ujarnya.

Panen dini juga dilakukan Putu Suarsa, petani lainnya, yang mengatakan, pembeli sering memberikan harga seenaknya kepada petani yang padinya roboh.

“Kami hanya bisa menerima saja harga yang ia tawarkan. Daripada rugi total karena padi tidak terjual,” katanya. ANT-MB