Denpasar (Metrobali.com)) – Peternak babi di Bali kini cukup kesulitan untuk mendapatkan bibit atau anakan babi. Ketut Sumatika, salah seorang peternak babi di Pegok, Denpasar, Selasa (9/8) kemarin mengatakan, peternak babi kini kesulitan mendapatkan bibit babi dari luar Denpasar seperti Tabanan dan Badung.

Ia mengungkapkan, selama ini sangat kecil peternak babi di Denpasar yang bergerak pada sektor pembibitan. Langkanya pasokan bibit babi ini menyebabkan harga bibit babi mengalami peningkatan. Dijelaskan, harga bibit babi pada enam bulan sebelumnya berada pada kisaran Rp 275.000 per ekor. Kini harga bibit babi sudah berada pada kisaran Rp 450.000 per ekor.

Dipaparkan, peningkatan harga bibit babi ini juga mempengaruhi kenaikan harga jual babi. Pada enam bulan sebelumnya harga jual babi di tingkat peternak berada pada kisaran Rp 14.000 per kg.

Lebih lanjut dikatakan, ketika ada pengiriman pasokan babi ke luar Bali sekitar 4 bulan sebelumnya, harga babi merangkak naik secara bertahap dari Rp 14.000 kg hingga saat ini menjadi Rp 19.000 per kg. Peningkatan harga babi mendorong penyesuaian harga bibit babi dari Rp 275.000 per ekor menjadi Rp 450.000 per ekor.

Diakui, di tengah kenaikan harga bibit babi peternak babi di Denpasar di antaranya mendatangkan bibit seperti dari Tabanan dan Badung. Bibit babi dibawakan langsung ke kandang peternak penggemukan di Denpasar.

Senada dikatakan Nyoman Lebih, kenaikan harga bibit secara bertahap sudah dirasakan dalam empat bulan terakhir. Untungnya, kenaikan harga bibit ini diikuti dengan kenaikan harga jual babi.

Ia mengatakan, untuk menekan biaya bibit peternak penggemukan mau tidak mau mesti memelihara induk babi. Induk babi yang produktif bisa menghasilkan anakan mulai dari 4-10 ekor.

Nyoman Lebih menambahkan, siklus kelahiran babi berkisar 3 bulan 15 hari sejak induk melalui proses perkawinan. Dengan siklus penggemukan babi 6-8 bulan, peternak babi penggemukan masih bisa menyediakan bibit dari induk yang mereka pelihara