Foto: Ketua DPW PSI Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto.

Denpasar (Metrobali.com)-

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali berharap Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) dapat direalisasikan. Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto, dibangunnya BIBU sangat penting untuk mengurai kemacetan di Bali Selatan dan akan memberikan multiplier efek yang sangat besar untuk Bali kedepannya.

Selain itu menurut informasi yang diperoleh, lalu lintas penerbangan di Bandara Ngurah Rai sudah overload. Jadi apabila terdapat dua bandara di Bali, harapannya penerbangan domestik dan internasional bisa dipisah serta dapat mengurai lalu lintas udara.

“Selain akan membagi kue pariwisata agar tidak terkonsentrasi di Bali Selatan saja, dengan adanya Bandara di Bali Utara secara otomotis juga akan mengurangi warga Bali Utara yang merantau ke Bali Selatan karena mencari pekerjaan,” ungkap Bro Adi dalam keterangan persnya yang diterima Metro Bali, Rabu (25/1/2023).

Bandara Baru di Buleleng akan memberikan solusi atas permasalahan kemacetan lalu lintas di seputar Bandara Internasional Ngurah Rai dan mencegah terjadinya sentralisasi di Kota Denpasar dan Badung terutama dari segi ekonomi dan tata kota.

Dengan adanya Bandara ini maka perekonomian di wilayah Bali Utara dan sekitarnya akan meningkat karena berpotensi menciptakan lapangan usaha baru dalam skala besar untuk masyarakat sekitar terutama dari segi pariwisata.

“Saat ini, jelas sekali terlihat jomplangnya pariwisata antara Bali selatan dan utara. Padahal potensi Bali utara dan timur sangat baik dan sangat dapat dimaksimalkan apabila ada aksesibilitas yang lebih mudah,” imbuh Bro Adi yang juga seorang advokat ini.

PSI Bali setuju dengan pembangunan Bandara yang diprediksi akan menciptakan lapangan kerja sebesar 200 ribu orang ini, juga karena alasan konektivitas masyarakat di Bali utara. Suplai logistik yang masuk ke wilayah Buleleng dan sekitarnya diharap dapat menjadi lebih lancar apabila pengiriman logistik terutama dari luar Bali bisa dicapai hanya dalam hitungan jam dan bukan berhari-hari seperti yang dialami saat ini.

Sebelumnya telah diketahui bahwa BIBU telah tercantum dalam RPJMN 2020-2024 sebagai proyek prioritas dan sudah masuk dalam Rencana Induk Bandar Udara yang sudah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan RI No. 166/2019 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.

Namun BIBU juga menjadi salah satu dari 8 proyek yang dicoret dari Proyek Strategis Nasional karena dinilai pengerjaannya tidak dapat selesai hingga tahun 2024. PSI Bali berharap meski dicoret dari PSN bukan berarti pebangunan tidak akan dikerjakan karena masih ada landasan hukum lain dari pendirian BIBU tersebut.

Tentu ada catatan penting yang menjadi sorotan oleh DPW PSI Bali apabila pemerintah dapat melanjutkan pembangunan bandara di Bali Utara, diantaranya Pemerintah sedini mungkin merancang pola pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) atau pariwisata hijau (green tourism) yang mengutamakan keberlanjutan alam dan juga seni budaya dan tradisi di Bali.

Sehingga pembangunan pariwisata kedepannya akan ramah bagi lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat Bali khususnya dapat menaikkan derajat seniman, dimana Bali memang terkenal akan adat dan budaya serta seninya,” ungkap Bro Adi.

Meski sampai saat ini masih terdapat isu mengenai lokasi tempat atau wilayah pembangunan yang belum pasti dan masih bisa berubah, PSI Bali menilai hal tersebut bukan merupakan sebuah permasalahan. Untuk membangun sebuah proyek yang besar, tentunya harus ada banyak aspek yang diperhatikan baiak dari segi lingkungan, sosial, adat dan budaya.

“Kami sih ndak masalah tempatnya apakah di Buleleng ataupun di Karangasem sesuai isu yang di dengar. Tinggal dipilih saja tempatnya yang paling cocok setelah melalukam feasibility study,” pungkas politisi PSI asal Bugbug, Karangasem itu. (wid)