sepatu kulit

Denpasar (Metrobali.com)-

Perajin sepatu kulit di sekitar Jalan Teuku Umar Barat, Marlboro, Denpasar, Bali membutuhkan bantuan promosi produk melalui kegiatan pameran agar dikenal masyarakat dan wisatawan mancanegara yang berlibur ke Pulau Dewata.

“Kami sangat membutuhkan bantuan pemerintah dalam upaya mempromosikan produk kerajinan sepatu kulit agar lebih dikenal lagi,” ujar Alex, seorang karyawan di Toko Rian yang bergerak bidang pembuatan sepatu kulit, di Denpasar, Jumat (8/5).

Dengan adanya promosi melalui pameran tersebut, lanjut dia, diharapkan para UMKM yang bergerak dibidang kerajinan sepatu kulit tersebut mampu meningkatkan omzet penjualan dan menjadi “brand” produk lokal yang memiliki daya saing cukup tinggi dari produk luar negeri.

Selain itu, ia mengharapkan kegatan pameran tersebut dapat dilakukan secara berkala untuk para perajin dan UMKM yang ada di Bali, dimana semua biaya akomodasinya dapat diberikan secara cuma-cuma atau tidak dipungut biaya.

Pihaknya mengakui, perajin ditempatnya tersebut mampu memproduksi 20 hingga 25 pasang sepatu kulit yang siap dipasarkan. Namun, saat ini akibat kurangnya pemasaran berdampak pada permintaan konsumen terhadap sepatu kulit itu mulai pasang surut.

“Sejauh ini, kami baru bisa memenuhi pasar lokal saja. Namun, kami bercita-cita produk kerajinan sepatu kulit ini dapat menembus pasar internasional,” ujarnya.

Ia mengakui dampak lain dari penurunan omzet penjualan sepatu kulit tersebut karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang sangat berdampak pada kenaikan bahan dasar untuk pembuatan sepatu kulit itu.

Untuk itu, pihaknya mengharapkan adanya bantuan pemerintah dalam memasarkan produk-produk kerajian sepatu kulit itu sehingga lebih dikenal oleh masyarakat, dan khususnya wisatawan yang datang ke Pulau Dewata.

“Untuk harga sepatu kulit jenis semi boat yang berbahan baku kulit sapi dibandrol Rp350 ribu. Sedangkan, untuk memesan sepatu berbahan dasar kulit domba dibandrol Rp450 ribu,” ujarnya.

Seorang Perajin sepatu kulit, Hendri mengakui dalam sehari mampu memproduksi sepatu kulit sebanyak 25 pasang, dimana perbulannya dapat menghabiskan satu ton kulit sapi yang merupakan salah satu bahan baku membuat sepatu itu.

“Untuk jenis kulit sapi yang menjadi salah satu bahan baku pembuatan sepatu itu didatangkan dari Malang, Jawa Timur,” ujarnya.

Namun, pihaknya mengakui para perajin sepatu kulit saat ini kebanyakan terkendala pada pemasaran sehingga dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini terjadi penurunan omzet penjualan.

“Untuk omzet penjualan memang jauh turun derastis. Namun, nominal penurunan itu saya kurang tahu pasti, dan yang jelas untuk saat ini penjualan tidak begitu ramai seperti tahun sebelumnya,” ujarnya. AN-MB