Suasana di sekitar Banau Batur

Denpasar, (Metrobali.com)-

Penyelamatan Danau Batur dan lingkungan sekitarnya memerlukan pendekatan sistematik komprehensif berkelanjutan, tidak cukup dengan pendekatan parsial yang tidak berkelanjutan (unsustainable), apalagi dikesankan sebatas pencitraan.

Hal itu dikatakan Pengamat Kebijakan Publik Jro Gde Sudibya, Minggu 23 April 2023 menanggapi acara serimonial soal penyelamatan lingkungan danau Batur oleh pejabat dan forum penggiat lingkungan Bali.

Menurut Jro Gde Sudibya, diperlukan pendekatan komprehensif, sistemik berkelanjutan dengan sejumlah tolok ukurnya.

Pertama, penyelamatan kawasan hutan “penutup” yang berfungsi lindung dari alih fungsi lahan, terutama di sisi Timur Danau Batur: Songan, Blandingan, Pinggan dan kawasan hutan yang merupakan bagian dari Alas Penulisan. Termasuk penertiban pemilikan sertifikat di kawasan tersebut.

Kedua, pengendalian banjir, longsor dan sejenisnya, dari Tukad Balingkang yang melewati Pinggan, Blandingan, Songan yang akhirnya bermuara di danau Batur. Diperlukan perbaikan sistem drainase yang meminimalkan banjir melimpah ke danau.

Ketiga, karena air danau tidak bisa lagi dikonsumsi secara langsung akibat tingginya pencemaran, diperlukan manajemen permukaan Danau yang lebih komprehensif.

Keempat, lingkungan di seputaran danau yang telah rusak, akibat galian C yang telah berlangsung lebih dari 40 tahun, harus segera ditertibkan, untuk menghindarkan terjadinya bencana lingkungan di kawasan tsb.

Kelima, berdasarkan prinsip pelestarian dan pengelolaan Danau Batur menurut tradisi, yang merupakan kearifan lokal masyarakatnya, perlu dirintis kembali ategepan aci ring madyaning “segara danu tanpa tepi: Danuh Batur” mengikuti tradisi Desa Bubung Klambu (Desa di sisi Danau Batur) sebelum Gunung Batur meletus tahun 1926.

Keenam, karena Danau Batur merupakan resorvoar air bagi sebagian besar Bali, yang diperkirakan sekitar 20 persen dipasok air oleh hutan sekitar, 80 persen air dari Perut Bumi, diperlukan kehati-hatian dalam penyedotan lumpur di dasar permukaan danau, untuk tidak mengganggu dasar alamiah danau.

Menurut Jro Gde Sudibya diperlukan upaya penertiban budi daya perikanan (manajemen kramba) yang lebih profesional dan lebih ramah lingkungan.

“Diperlukan upaya penertiban enceng gondok secara sistematik, berkelanjutan. Penertiban usaha pariwisata di seputar danau, dan bahkan yang menutup permukaan danau, berdasarkan prinsip ruang Tri Mandala dalam perencanaan dan pengaturan ruang di kawasan danau.
d.Budi daya pertanian di sekitar danau, diarahkan ke budi daya ramah lingkungan, meminimalkan penggunaan pupuk kimia dani pencemaran pestisida,” kata Jro Gde Sudibya.

Menurutnya, dilakukan monitoring terhadap kebersihan danau, untuk menjamin air yang keluar dari sisi Barat Goa yang ada di Desa Buahan – Kedisan, cukup “aman” sebagai pasokan air bagi Subak yang memanfaatkan air Danau Batur. (Adi Putra)