Ilustrasi : Nyamuk Bionic atau wolbachia

Denpasar, (Metrobali.com)-

Kesimpang siuran Rencana Penyebaran Nyamuk Bionic di Bali perlu direspons Segera oleh PJ.Gubernur S.M Mahendrajaya sebelum wabah ini mengancam generasi sekarang maupun yang akan datang.

Hal tersebut dikatakan I Gde Sudibya, pengamat kebijakan publik dan pemerhati lingkungan, Kamis 16 November 2023 memanggapi simpang siurnya Rencana Penyebaran Nyamuk Bionic di Bali.

Menurutnys, PJ. Gubernur seharusnya memberikan penjelasan ke masyarakat terhadap program ini, didukung oleh data riset yang kredibel dari lembaga riset tingkat dunia yang kredibel pula.

“Saat ini beredar ulasan di medsos, tentang risiko proyek ini terhadap keselamatan manusia, yang jika tidak direspons oleh PJ.Gubernur bisa meresahkan masyarakat, potensi kerasahan ini yang harus dihilangkan, melalui data kredibel dari hasil riset yang kredibel pula,” kata I Gde Sudibya.

Dikatakan, banyak orang resah terhadap video di atas, PJ Gubernur harus segera memberikan klarafikasi. Kita masyarakat Bali, bukan saja tidak mau, bahkan memprotes keras jika dijadikan “kelinci percobaan” teknologi yang belum jelas keamanannya dari sisi: keselamatan manusia dan juga lingkungan.

“Masyarakat Bali tidak akan terima dan bahkan bisa marah, jika pulau yang dicintainya, dirawat sekala-niskala, lebih dari 1.000 tahun, semenjak era peradaban Bali Mula, dijadikan tempat pembuangan “sampah” teknologi,” katanya.

Dikatakan, dalam pandangan orang awam (pandangan ini bisa saja salah), penyakit demam berdarah dari pemberitaan yang ada, tidak memerlukan langkah luar biasa, model uji coba penyebaran nyamuk bionic tersebut di atas.

“Jangan sampai, Bali dijadikan kelinci percobaan, dari sebuah proyek yang penelitiannya belum tuntas, terutama dampak negatif dari proyek ini terhadap lingkungan, keseimbangan lingkungan, kesehatan dan keselamatan manusia,” tandas Gde Sudibya.

Dikatakan, Bali adalah DTW dunia, isu lingkungan adalah isu sensitif yang harus dikelola dengan baik. Citra negatif berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan manusia bisa berdampak serius terhadap citra Bali.

“Pada masyarakat Bali dikenal hukum keseimbangan alam, RTEM. Berangkat dari hukum ini, semestinya harus hati-hati, tidak gegabah untuk menyebarkan nyamuk “uji coba”, apapun alasannya. Terganggunya keseimbangan alam diyakini oleh masyarakatnya bisa berdampak buruk terhadap keselamatan manusia dan keberlanjutan alam,” kata IGde Sudibya, pengamat kebijakan publik dan pemerhati lingkungan. (Adi Putra)