Fahira Idris

Jakarta (Metrobali.com)-

Senator Fahira Idris meminta pemerintah untuk memberi efek jera kepada penulis maupun penerbit nakal agar tak lagi menerbitkan buku yang bisa merusak generasi muda.

“Lolosnya buku-buku yang mengandung konten berbahaya bagi anak dan remaja sudah berkali-kali terjadi. Pemerintah harus ambil tindakan agar ada efek jera, baik bagi penulis maupun penerbit yang menerbitkan buku-buku mengandung ‘racun’ seperti ini,” ujar Fahira di Jakarta, Kamis (5/2).

Kasus terbaru, yakni beredar buku yang berjudul “Saatnya Aku Belajar Pacaran”, yang diyakini tidak mendidik karena memuat mengenai seks bebas.

“Pemerintah jangan hanya diam. Jangan harap revolusi mental tercipta kalau buku-buku seperti ini masih ada di pasaran,” tambah dia.

Wakil Ketua Komite III DPD yang antara lain mengurusi bidang pendidikan, keagamaan, budaya, dan perlidungan anak itu mengatakan paradigma di Indonesia apalagi di kalangan anak dan remaja, masih menganggap buku yang sudah diterbitkan isinya sudah benar.

“Dari gaya bahasanya buku ini ditujukan untuk remaja. Buku ini sangat berbahaya. Saya menyebutnya buku racun karena menganggap berzina adalah hal yang biasa. Dimana tanggung jawab moral penulis dan penerbit?” tanyanya.

Fahira meminta pemerintah punya strategi agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Selama ini, masyarakatlah yang selalu awas dan menemukan buku-buku berkonten berbahaya beredar di toko-toko buku.

“Pemerintah jangan seperti pemadam kebakaran. Sudah ramai di masyarakat baru sibuk. Tugas pemerintah itu membuat masyarakat tenteram. Buku-buku ini sangat meresahkan dan berlawanan dengan agenda revolusi mental pemerintahan Jokowi-JK. Saya minta menteri atau lembaga yang terkait dengan ini segera bertindak,” pinta perempuan berjilbab itu.

Seharusnya, masing-masing pihak dalam proses penerbitkan buku mulai dari penerbit, editor, hingga toko buku, punya saringan agar buku-buku seperti ini tidak lolos ke masyarakat, baik lewat toko buku maupun lewat internet.

“Saya juga minta IKAPI beri sanksi kepada penerbit yang meloloskan buku dengan konten yang berpotensi merusak generasi muda ini. Perpustakaan nasional sebagai lembaga yang memberi ISBN juga saya minta lebih teliti. Buku-buku yang punya potensi merusak moral jangan diberi ISBN,” papar senator asal Jakarta itu.

Masyarakat juga, tambah Fahira, bisa membuat efek jera bagi penulis, penerbit, maupun toko buku yang meloloskan konten-konten berbahaya dan menyesatkan bagi anak dan remaja dengan memboikot semua produk dan tidak membeli buku di toko buku yang menjual buku mengandung konten berbahaya dan merusak.

Untuk buku “Saatnya Aku Belajar Pacaran”, walau penulis sudah meminta maaf dan menarik peredarannya, Fahira berencana menempuh jalur hukum karena isinya sudah meresahkan masyarakat serta sudah terlanjur beredar sejak 2010.

Sebagai informasi beberapa hari ini media sosial dihebohkan dengan hadirnya buku “Saatnya Aku Belajar Pacaran” karya Toge Aprilianto yang diterbitkan percetakan yang bernama Brillian Internasional yang berlokasi Sidoarjo.

Buku ini ramai diperbincangkan oleh netizen setelah diposting oleh akun Facebook Teeamtamzir Bugeazt di group Facebook Komunitas Bisa Menulis. Ratusan orang pun menanggapi dan mengecam foto halaman buku tersebut.

Pada bagian halaman yang diposting tersebut, penulis mengatakan obrolan tentang ajakan berhubungan seksual menjadi bahasan paling penting dalam berpacaran. Penulis juga mengatakan menjadi hal yang wajar jika pacar mengajak untuk berhubungan seks. Yang lebih memprihatinkan lagi, si penulis justru memberikan solusi jika pacar mengajak berhubungan seks dengan solusi mengiyakan untuk menurutinya. Asalkan baik si pembaca dan pacarnya sama-sama siap untuk menanggung akibatnya. AN-MB