Denpasar (Metrobali.com)-

Pentas Teatre Bali Modern oleh Kota Denpasar yang diwakili group Palawara Banjar Sebudi Tanjung Bungkak Dentim kemarin mendapat apresiasi luar biasa. Dengan garapan berjudul “Goresan Ilusi”, penonton yang memadati gedung Ksirarnawa dibuat hanyut oleh kepiawaian para tokoh-tokoh teatre. Turut menyaksikan Ketua Kurator PKB Prof. Dibia, Kadis Kebudayaan Made Mudra dan tokoh-tokoh seni lainnya. Selasa (3/7).

Pentas teatre group Palawara ini kemarin diawali dengan penampilan instrumen yang diberi judul “Gong Suling” oleh Sekeha Gong Sancaya Kanti Desa Pakraman Kesiman. Menurut mereka, disebut gong suling karena komposisi kesatuannya meniru komposisi kesatuan gong kebyar. Dalam kesatuannya, gong suling ini memadukan laras atau nada-nada pelog maupun nada selendro melalui beberapa perangkat gamelan seperti; kendang krumpungan lanang-wadon, kajar, pangkon kecek, kempul, kenong, klenang dan rebab.

Komposisi ini mampu menghasilkan warna musik bernuansa etnik dengan unsur suling sebagai peran utama dalam memperkuat melodi. Pada sesi kedua group ini membawakan dua buah lagu masing-masing berjudul Suling Gen dan Kama Bang. Dengan struktur musik yang bebas dan kreatif, group ini sejenak mampu menerbangkan ilusi penonton seolah-olah terbang ke alam yang penuh kedamaian.

Pada sesi terakhir group teatre Palawara yang didukung oleh 25 orang pemain dan pemusik, menampilkan garapan teatre yang diberi judul “Goresan Ilusi”. Diawali dengan sebuah dialog gerak dalam bentuk teatrikal oleh dua orang pemain yang memerankan tokoh bebas dan seorang pengusaha. Kedua tokoh ini boleh dikata mampu menguatkan tokoh yang diperankan bahkan dari dialog-dialog yang dilakukan banyak mengundang gelak tawa penonton.

Dipilihnya sebuah garapan berjudul “Goresan Ilusi” oleh pencipta karya Ary Wijaya, menggambarkan sebuah perjalanan “jiwa” yang bergerak menuju ruang yang hampa dalam setiap sanubari manusia. Ketika kau memanggilku dengan kekuatan yang menembus awan kegelapan, aku datang gentayangan menghampirimu dan mampukah kau bertatap muka denganku.

Demikian sang kreator Ary Wijaya menuturkan maksud dari garapannya ini yang dalam penuangannya lebih banyak menekankan pada kekuatan karakter pemain. Dari penampilan kemarin memang benar, pemain telah mampu membangun sebuah karakter yang kuat dengan berbagai ekspresi seperti;  takut, marah, senang, sedih dan galau. Namun sayang hidupnya karakter pemain dari gerak bahasa tubuh yang ditampilkan tidak didukung oleh kemampuan lighting. Sehingga kesan dramatis maupun ekstrim dari beberapa adegan tidak tampak menonjol bahkan terkesan datar.

Tidak itu saja, puluhan photografer yang ingin merekam aksi para pemain terhalang oleh mininya tata cahaya, akibatnya banyak photografer meninggalkan tempat. Namun secara keseluruhan penampilan group ini mampu memberi hiburan segar dan nuansa baru bagi dunia teatre. SDN-MB