Singaraja (Metrobali.com)-

Pihak penggugat perkara sengketa lahan kuburan Karang Rupit, Desa Temukus, Kabupaten Buleleng, Bali, menyebut nama Sekretaris DPRD setempat Ida Bagus Made Geriastika untuk dikonfrontasi dengan para saksi dalam sidang perkara tersebut di Pengadilan Negeri Singaraja.

“Keterangan Made Geriastika sangat penting untuk dicocokkan dengan keterangan para saksi,” kata Ketut Hartayasa selaku kuasa hukum penggugat, Made Suwetja, usai sidang di PN Singaraja, Kabupaten Buleleng, Senin (8/7).

Upaya mediasi antara penggugat dan tergugat dari pihak Desa Temukus pada 16 Mei 2000, Geriastika yang saat itu masih menjabat Camat Banjar menyatakan bahwa tidak ada tanah negara pada areal pemakaman yang merupakan hak milik Suwetja.

Pada sidang di PN Singaraja, Senin, saksi Jro Awet (73) asal Desa Bengkala mengungkapkan bahwa d lahan tersebut sebelumnya hanya digunakan untuk mengubur jasad tiga anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965.

Sementara Jro Astika menerangkan kepemilikan lahan tersebut berdasarkan sejumlah dokumen tertulis yang dimiliki penggugat atas tiga bidang lahan, masing-masing seluas 0,410 hektare, 0,025 hektare, dan 0,182 hektare.

Dokumen tersebut berupa silsilah keluarga, pembayaran pajak bumi dan bangunan, sertifikat hak milik Nomor 31 Tahun 2000 atas nama Komang Suardana atas lahan seluas 0,182 hektare.

“Kami akan menghadirkan Made Geriastika pada pada persidangan berikutnya, Senin (15/7) depan,” kata Ketut Hartayasa.

Tidak seperti sidang-sidang sebelumnya. Pada sidang kali ini hanya sekitar 50 warga Desa Temukus yang terlihat di PN Singaraja.

Sebelumnya ratusan warga Desa Temukus sempat marah dengan menebangi pohon di pinggir jalan sehingga arus lalu lintas di ruas Singaraja-Gilimanuk macet total.

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana berjanji akan menindaklanjuti tuntutan warga Desa Temukus terkait sengketa lahan kuburan di pantai utara Pulau Bali itu. INT-MB