Foto: Salah satu tim peneliti Dr. Ni Putu Nina Eka Lestari, S.E., M.M., saat berada di tengah-tengah Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.

Denpasar (Metrobali.com)-

Penguatan lembaga usaha ekonomi subak diyakini dapat berkontribusi positif terhadap pertanian berkelanjutan di Bali dan tentunya mensejahterakan petani. Terkait hal itu, tiga orang Tim Periset yakni Dr. Ni Putu Nina Eka Lestari, S.E., M.M., Prof. Dr. Drs. Made Kembar Sri Budhi, M.P., dan Dr. I Made Suidarma, S.E., M.M., melakukan penelitian berjudul “Penguatan Lembaga Usaha Ekonomi Subak (LUES) Untuk Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus Subak Pulagan Desa Tampaksiring Provinsi Bali”.

Penelitian ini mendapatkan hibah dari Program Riset Keilmuan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.

Dalam penelitian ini dikatakan Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali sebagai salah satu komponen dari lanskap subak yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) juga difasilitasi pemerintah menjadi lokasi klaster penanaman padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI) dengan pola tanam jajar legowo, yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan memiliki produktivitas tinggi.

Dalam adopsi inovasi program pertanian yang difasilitasi pemerintah, petani di Bali tentu selalu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan kearifan lokal, serta manfaat yang diberikan bagi petani, untuk keberlanjutan pertanian.

Subak telah menjadi sarana interaksi sosial petani yang dilandasi jiwa kegotong-royongan dan religiusitas tinggi. Subak juga telah terbukti dapat menjadi wahana bagi pengembangan usaha ekonomi produktif di pedesaan, untuk itu maka sangat penting untuk menguatkan Lembaga  usaha ekonomi  berbasis subak (LUES).

Mengingat   pentingnya fungsi subak sebagai lembaga pertanian yang bersifat sosio-agraris, religius dan ekonomius yang sangat perlu untuk dilestarikan keberlanjutannya. Tujuan dari  penelitian ini adalah untuk mengetahui  (1) Faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan  ancaman  bagi penguatan Lembaga Usaha Ekonomi Subak  (LUES)  untuk Pertanian Berkelanjutan  di Subak Pulagan Desa Tampaksiring Provinsi Bali; dan (2) Strategi penguatan Lembaga Usaha  Ekonomi Subak (LUES) untuk pertanian berkelanjutan di Subak Pulagan Desa Tampaksiring Provinsi Bali.

Penelitian ini merupakan penelitian Action Research karena mencakup dua tahapan aspek yaitu aspek penelitian mencakup studi dasar mengenai potensi  pengembangan Lembaga Usaha Ekonomi Subak  di subak Pulagan. Sementara aspek tindakan atau pengayaan mencakup penguatan dan pendampingan usaha melalui berbagai pelatihan di bidang pengembangan usaha ekonomi subak. Metode Survey melalui (a) indepth interview, b. Partipatory Rural Appraisal (PRA) melalui Focus Group Discussion.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Faktor-faktor yang menjadi hambatan Internal dan Eksternal untuk penguatan Lembaga Usaha Ekonomi Subak (LUES) untuk pertanian berkelanjutan di Subak Pulagan Desa Tampaksiring, adalah (a) Kendala internal seperti sistem manajemen yang sangat sederhana, sumber daya manusia yang pengetahuan serta keterampilan manajemennya  masih kurang; (b) Sifat organisasi yang sosioreligius,  yaitu organisasi subak lebih bersifat sosial dan spiritual  dibandingkan fungsi ekonominya dan kurangnya jiwa kewirausahaan di kalangan pengurus subak; (c) Kendala eksternal, berupa rendahnya kepercayaan penyandang dana (Bank) dan adanya persaingan dan lemahnya penguasaan terhadap informasi pasar.

Lebih lanjut penelitian ini menghasilkan strategi  penguatan Lembaga Usaha  Ekonomi Subak (LUES)  untuk pertanian berkelanjutan di Subak Pulagan Desa Tampaksiring Provinsi Bali, yaitu (a) Subak dalam menjalankan perannya sebagai lembaga usaha ekonomi memerlukan adanya status badan hukum; (b) Pemberian bantuan usaha dari  para stakeholder; (c) Pelatihan keterampilan manajemen usaha; (d) Dukungan dari pemerintah dan masyarakat; (e) Transformasi dan rekonstruksi manajemen modern memungkinkan subak untuk berkembang menjadi organisasi yang sosio-agraris-religius-ekonomius.

Salah satu peneliti Dr. Ni Putu Nina Eka Lestari, S.E., M.M., mengatakan hasil penelitian ini bisa ditindaklanjuti oleh pemangku kebijakan. Diharapkan pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat ekonomi subak.

Misalnya dengan memberikan bantuan kepada subak untuk bisa mendirikan koperasi karena masih sangat jarang subak mempunyai koperasi, membantu akses permodalan jika subak ini belum bankable, memberikan bantuan alat produsik alsintan seperti traktor serta memfasilitasi usaha produktif lainnya. Yang penting juga bagaimana mengaktifkan kembali penyuluh pertanian yang selama ini sangat jarang dilakukan.

“Sekarang juga harus ada pendampingan bagaimana petani bisa menambah value added-nya menjadi wirausaha pertanian. Jadi harus dikuatkan dari sisi lembaga ekonominya dulu kemudian juga akses pemasaran produk pertanian. Ketika lembaga ekonomi ini kuat, petani juga akan menjadi kuat dan lebih sejahtera. Harapannya dari hulu sampai hilirnya bisa nyambung,” kata Nina Eka Lestari yang merupakan dosen Undiknas (Universitas Pendidikan Nasional) ini.

Nina Eka Lestari yang juga Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas ini mengapresiasi berbagai upaya yang dilakukan Subak Pulagan untuk menjaga eksistensi subak dan menekan alih fungsi pertanian.  Wilayah Subak Pulagan berada di sisi timur Desa Tampaksiring jauh dari Jalan Ir. Soekarno sebagai jalan utama Desa Tampaksiring. Lokasi Subak Pulagan yang jauh dari jalan utama menjadikan keuntungan sendiri bagi Subak Pulagan dalam kaitannya untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian.

Subak Pulagan merupakan salah satu dari tiga subak yang tergolong sebagai Lanskap Subak di DAS Pakerisan. Pekaseh Subak Pulagan, Sang Nyoman Astika, menjelaskan bahwa dulunya wilayah Subak Pulagan merupakan sebuah desa. Namun karena dianggap kurang cocok untuk pembangunan daerah pemukiman penduduk, maka desa tersebut dipindahkan ke lokasi Desa Tampaksiring saat ini. Wilayah tersebut akhirnya difungsikan sebagai kawasan persubakan karena memang dianggap lebih cocok sebagai kawasan pertanian.

Luas Subak Pulagan adalah 104 Hektar, dan berlokasi di sepanjang sisi barat Tukad Pakerisan yang berjarak sekitar satu kilometer sebelah selatan Pura Tirta Empul. Subak Pulagan juga berdampingan dengan situs budaya kuno lainnya seperti Pura Mengening dan Pura Gunung Kawi. (wid)