Jakarta (Metrobali.com)-

Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada, Denni Puspa Purbasari mengatakan pengembangan industri manufaktur yang dapat mendongkrak kinerja ekspor dan memperbaiki defisit nercara transaksi berjalan perlu diakselerasi.

Menurut Denni, yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (2/1), akselerasi industri manufaktur ini dibutuhkan untuk menghasilkan perbaikan kinerja ekspor, sehingga dapat mengkompensasi impor barang modal yang digunakan pemerintah untuk membangun infrastruktur pada 2015.

“Untuk membangun infrastruktur itu nanti pasti defisit (transaksi berjalan) naik, karena banyak impor barang modal,” kata dia.

Tanpa akselerasi, Denni memperkirakan pada 2015, melebarnya defisit,karena impor barang modal, masih akan membayangi neraca transaksi berjalan.

Pemerintah telah menjanjikan fasilitas insentif pajak bagi investor yang serius mengembangkan industri manufaktur, terutama yang berorientasi ekspor.

Fasilitas tersebut juga dijanjikan bagi investor yang serius membangun industri penunjang, guna mensubstitusi kebutuhan bahan baku impor.

Meskipun demikian, Denni justru memperkirakan pengembangan manufaktur dan mapannya industri substitusi impor itu baru bisa dirasakan Indonesia beberapa tahun mendatang, atau bukan di 2015.

Hal itu karena pada 2015, pemerintah masih akan berkutat dengan masalah-masalah yang menghambat pembangunan infrastruktur, seperti perizinan dan pembebasan lahan.

“Maka itu, substitusi impor itu agenda jangka menengah sebenarnya. 2015 masih harus berurusan dengan infrastruktur,” katanya.

Pengembangan industri manufaktur untuk pemulihan kinerja eskpor, menjadi strategi pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen di 2015.

Ekonom Senior Union Bank of Switzerland (UBS) Edward Theater. dalam telekonfrensi mengenai proyeksi ekonomi, juga mengatakan pemerintah Indonesia perlu memprioritaskan aliran investasi ke sektor manufaktur.

Prioritas itu menjadi semakin penting, karena menurut Edward, Indonesia akan mengalami pelambatan investasi, sejalan dengan derasnya tekanan ekonomi global.

Edward menuturkan industri manufaktur dapat menjadi “tameng” negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk menyiasati pelemahan ekonomi global. AN-MB