tari kebyar duduk

Denpasar (Metrobali.com)-

Pengamat dan pelaku seni budaya Bali Kadek Suartaya, SS Kar, MSi menilai, dua tari Bali yakni Kebyar Duduk (Kebyar Terompong) dan tari Tarunajaya dapat menjadi cambuk untuk mengibarkan kejayaaan seni pertunjukan Bali, di masa kini dan ke depan.

“Tari Tarunajaya belakangan ini cukup diminati anak-anak muda di delapan kabupaten dan satu kota di Bali,” kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Senin (9/2).

Ia mengatakan, tumbuhnya keinginan anak-anak muda mempelajari kedua jenis kesenian tradisional Bali itu berkaitan dengan perayaan 100 tahun seni kebyar, seni kebyar lahir tahun 1915.

Bahkan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata tahun 2015, program pagelaran seni kebyar diberi porsi besar.

Kadek Suartaya menambahkan, parade gong kebyar se-Bali yang menjadi salah satu pentas unggulan PKB, menjadikan tari Tarunajaya sebagai sajian tari pilihan.

Oleh karena itu, tampak persiapan masing-masing duta gong kebyar kabupaten/kota cenderung lebih kepincut untuk menampilkan tari Tarunajaya.

Demikian juga Pekan seni dan olahraga pelajar (Porsenijar) se-Bali 2015 yang juga berlangsung pada bulan-bulan awal tahun 2015 memprogramkan tari Tarunajaya dan tari-tarian kebyar lainnya dalam materi lomba seni tarinya.

Selain dapat menjadi wahana melibatkan generasi muda mengapresiasi seni kebyar yang telah mendunia, juga melalui gelora yang dikobarkan dalam aspek estetik dan pesan moral yang dilontarkan Tarunajaya jagat seni pada umumnya–dapat mengisi sudut-sudut kekosongan batiniah generasi muda masa kini untuk berevolusi.

Bahkan upaya tersebut diharapkan mampu memancangkan revolusi mental, membenahi moralitas destruktif yang mendera dan mencederai harkat dan martabat bangsa Indonesia, ujar Kadek Suartaya. AN-MB