Denpasar (Metrobali.com)-

Pemerintah Provinsi Bali melakukan pemantauan terhadap ketersediaan stok dan distribusi barang menjelang bulan puasa yang jatuh mulai 9 Juli mendatang.

“Kami melakukan koordinasi dengan distributor dan memantau untuk menghitung stok dan distribusi,” kata Asisten II Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi Bali, Ketut Wija di Denpasar, Rabu (3/7).

Pihaknya yakin bahwa kondisi pasar menjelang dan selama Bulan Puasa akan terjaga dan stabil saat Hari Raya Idul Fitri tahun 2013 yang tidak berdekatan dengan hari raya besar di Bali seperti Galungan dan Kuningan serta Nyepi.

Selain distribusi dan stok barang, pihaknya juga akan melakukan pemantauan terhadap sektor produksi termasuk ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan distribusi beras miskin yang tahun ini diperbanyak menjadi 15 kali yang didistribusikan Juni-Juli.

“Kebijakan pemerintah sudah antisipatif, mudah-mudahn bulan ini didistribusikan kepada masyarakat,” katanya.

Dia mengungkapkan bahwa saat ini sebagian besar kebutuhan di Pulau Dewata seperti kebutuhan pertanian masih dipasok dari Pulau Jawa sehingga beberapa kebutuhan pokok seperti beras akan dipantau khususnya di distributor Bulog.

“Sepanjang cuaca baik rasanya kita tidak perlu khawatir terkait distribusi barang dari luar Bali,” ujarnya.

Ia menyatakan bahwa selama Bulan Ramadan kondisi sebaliknya akan terjadi di Pulau Dewata karena sebagian besar akan didominasi arus mudik termasuk arus liburan wisatawan domestik menuju Bali.

“Justru akan lebih banyak arus mudik keluar Bali dan arus liburan wisatawan seperti dari Surabaya yang berlibur di Pulau Dewata sehingga tingkat hunian hotel penuh,” ucapnya.

Sementara itu pascakenaikan BBM yang diumumkan pemerintah 21 Juni lalu, lanjut Wija, tidak menimbulkan gejolak sosial yang signifikan di masyarakat Bali.

Wija yang juga Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali itu menambahkan meskipun tak terjadi gejolak sosial, namun kenaikan itu berdampak terhadap tekanan inflasi yang dirasakan langsung masyarakat sebesar 1,94 persen.

“Kenaikan harga BBM bersubsidi secara sosial tidak berpengaruh terhadap masyarakat Bali dimana tidak ada demonstrasi anarkis dan antrean panjang di SPBU tak terlalu signifikan. Itu berarti secara psikologis masyarakat Bali siap terhadap kebijakan itu,” katanya. INT-MB