?????????????


Peringatan hari Jadi Kesatuan Mahasiswa Hindu Darma Indonesia (KMHDI) ke-23 tahun di wilayah Bali, Sabtu (3/9/2016).
Denpasar (Metrobali.com)
Peringatan hari Jadi Kesatuan Mahasiswa Hindu Darma Indonesia (KMHDI) ke-23 tahun di wilayah Bali tadi malam Sabtu (3/9/2016) berlangsung sederhana, bertempat di aula Sekretariat PHDI Bali, Jl. Ratna Denpasar.
Peringatan melibatkan seluruh kader PD KMHDI Bali dan PC KMHDI Kota Denpasar, Badung, Karangasem dan Buleleng serta pengurus dan anggota Forum Alumni (FA) KMHDI dari lintas generasi dengan tema “23 Tahun KMHDI Berkarya untuk Indonesia Jaya”
Dalam sambutannya Ketua Panitia I Putu Eka Karmadi Wijaya berharap, peringatan hari jadi KMHDI Ke-23 tahun ini mampu menumbuhkan rasa kekeluargaan serta membangkitkan semangat belajar dikalangan kader-kader KMHDI di seluruh Bali pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya, papar Eka.
Sementera Ketua PD KMHDI Bali I Ketut Arjana Wira Putra, S.S., berharap seluruh kader KMHDI Bali terus berupaya meningkatkan pengetahuan sehingga menjadi insan-insan yang unggul. “Tandatangan kedepan semakin ketat, KMHDI butuh kebersamaan dan dukungan semua pihak termasuk dari kalangan alumni,”ucap Putra.
Acara peringatan diawali dengan diskusi tentang tata ruang Bali (wewidangan) dengan mengambil studi kasus Proyek PLTP (Geothermal) Bedugul. Panitia menunjuk dua orang pembicara, yaitu; DR. I Wayan Jondra (praktisi) dengan topik bahasan potensi dan kebutuhan listrik Bali dan demensi budaya dan lingkungan dibawakan oleh Sekum FA.KMHDI Made Nurbawa.
Saat ini beban puncak listrik di Bali sekitar 500 MW dan cadangan berkisar 600 MW. “Bali tidak perlu membangun pembangkit listrik lagi (PLTP/Geothermal Bedugul-red) apalagi dengan membabat puluhan hektar hutan di kawasan hutan lindung Watukaru, resikonya terlalu besar terhadap keseimbangan dan pelestarian sumber daya air hulu Pulau Bali, ”tegas Jondra.
Sementara Made Nurbawa mengatakan, ciri khas kader KMHDI Bali harus mampu menyuarakan dan menyikapi pembangunan Bali berdasarkan pengetahuan dan spirit tatanan budaya Bali. Selama ini masyarakat Bali meyakini apapun yang dilakukan harus sejalan dengan karakter hari (rerahinan), karakter diri (pawetonan) dan karaketer alam (wewarigan) yang terimplementasikan dalam tatanan budaya Bali baik di wilayah Parahyangan, Palemahan dan Pawongan.
Pulau Bali dirawat oleh keyakinan budaya yang memiliki visi keseimbangan antara manusia, alam, dan keyakinan/Tuhan. Kesadaran lingkungan bagi masyarakat Bali sesungguhnya adalah makro dan mikro kosmos sehingga disebut dengan “Tri Hita Karana”. Di Bali setiap pembangunan harus menghormati tatanan budaya secara keseluruhan sehingga tidak hanya mengacu pada konsep desa kala patra.  “Jika dicermati secara budaya di Bali saat ini yang terjadi bukan krisis fasilitas/akomudasi pariwisata atau krisis listrik, tetapi yang terjadi adalah krisis keyakinan terhadap tatanan budaya,”pungkas Nurbawa.
Dalam kesan dan pesannya, alumni KMHDI DR. Made Surya Putra berharap, adik-adik kader KMHDI harus “progresif” yaitu; peka dan mampu memahami apa yang terjadi sebelum benar-benar terjadi dan segera mencarikan solusinya, terang Surya Putra.
Senada dengan Made Surya Putra Ketua Umum FA. KMHDI Udi Prayudi berharap, penting adanya komitmen bersama, 23 tahun KMHDI adalah usia yang cukup dewasa, kedepan perlu dibangun sinergi antara pengurus KMHDI dengan alumni lintas generasi, ucap Udi Prayudi.
Perayaan hari jadi KMHDI ke-23 di Bali berlangsung hingga pukul 21.30 Wita, dalam beberapa kesempatan diwarnai dengan pekik “Tolak Reklamasi Teluk Benoa” oleh beberapa kader dan alumni KMHDI. Sebelumnya dalam Munas FA. KMHDI bulan agustus 2014 di Kabupaten Bangli, berdasarkan kajian hukum, budaya dan lingkungan telah diputuskan, Forum Alumni KMHDI menolak rencana proyek reklamasi di Teluk Benoa Bali. MN-MB