Buleleng (Metrobali.com)-

Lapangan kerja di Indonesia semakin hari semakin kurang. Hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah pengangguran  dari waktu ke waktu.   Selain karena faktor pertumbuhan penduduk yang  pesat, jiwa kemandirian masyarakat di Indonesia untuk menciptakan lapangan kerja sendiri juga cenderung masih sangat kecil. Oleh Karena itu, di sekolah anak harus dibekali pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan pedoman untuk membuka lapangan kerja sendiri.

Pendidikan budidaya jamur dapat menjadi salah satu solusinya. Siswa-siswi SMA Negeri Bali Mandara (Sampoern Academy) telah belajar menekuni budidaya jamur tiram jenis Simeji florida melaui program PBKL (Program Berbasis Kompetensi  Lokal). Tak hanya diajarkan teori, dalam program ini,  para siswa juga diajarkan praktik langsung di lapangan.  Selain bertujuan untuk menambah pengetahuan, program ini juga membekali siswa agar dapat menciptakan lapangan kerjas secara mandiri.

Siswa mengikut program budidaya jamur dari proses pembibitan sampai pemasaran. Terdapat 4 langkah (F1-F4) yang disebut perkembangbiakan murni dalam budidaya ini. Sebagai pemula yang baru mulai terjun dalam usaha budidaya jamur ini, siswa memilih mengembangkan jamur dari media F4 (baglog). Media F1-F3 biasanya dibeli dari petani lain. Dari segi agrobisnis, langkah ini dirasa lebih efisien untuk mendapat perputaran modal awal lebih cepat. Mereka memilih membeli beberapa baglog seharga Rp. 2500 per buah. “Dari 500 baglog, para petani dapat penen 3-4 kg/hari dan 7-9 kg pada masa panen puncak,” terang Dewa Kertiasa, pembina PBKL di Smanbara.

Pembudidayaan jamur yang tak mengenal musim dan cuaca, membuat jamur dapat dikembangkan di mana saja. “Meskipun di daerah panas, jamur ini dapat tetap tumbuh dengan baik. Cuaca dan kondisi tanah tak berpengaruh selama kita dapat  menjaga suhu antara 20-250C dan kelembapan 50-75%,” jelas lelaki tamatan 1995 SMK Pertanian Singaraja itu. Budidaya jamur juga tak memerlukan modal dan tempat yang terlalu luas. Oleh karena itu, budidaya jamur memiliki potensi untuk dikembangkan oleh masyarakat dengan ekonomi  menengah ke bawah yang ingin berwirausaha.

Budidaya jamur sangat menjanjikan. Pasalnya belum banyak orang yang bergelut dalam usaha ini, khususnya masyarakat di Bali. “Perputaran modal yang cepat ditambah lagi peminat jamur yang semakin banyak membuat usaha ini menjanjikan. Masyarakat mulai menyadari bahwa mengkonsumsi jamur adalah hal menyehatkan. Disamping itu, kini banyak orang yang beralih menjadi vegetarian guna menghindari berbagai macam penyakit seperti asam urat, kolesterol, dan lain-lain,” jelasnya lagi.

Para peminat jamur tak hanya berasal dari dalam negeri, namun hingga ke luar negeri. Kini jamur dapat bertahan lebih lama dengan cara mengolahnya menjadi berbagai olahan kering seperti kerupuk olahan jamur. Olahan tersebut dapat diekspor ke luar negeri untuk memenuhi permintaan para konsumen di sana. Keuntungan lainnya adalah budidaya jamur ramah lingkungan. Tidak ada polusi yang dihasilkan karena dikembangkan dalam ruangan yang steril serta sisa bahan baglog dapat dijadikan pupuk setelah daya gunanya habis.

Tantangan dalam menekuni usaha ini terletak pada proses pemeliharaannya. Para petani jamur harus teliti dalam perawatan maupun pemanen serta selalu menjaga kebersihan kubung jamur. Seperti apa yang diungkapkan Dewa, “Kebersihan tempat tumbuh jamur mesti benar-benar diperhatikan agar jamur kita tidak ditumbuhi jamur lain yang dapat membuatnya menjadi beracun atau menurunkan kualitas jamur. Hindari keterlambatan dalam memanen karena jika terlambat, hal ini dapat menyebabkan jamur mengeluarkan bau tak sedap lalu menjadi tempat hidup lalat”. Panen yang baik dilakukan saat daun jamur berdiameter 10-15 cm. Sebelum memulai usaha ini, pemilihan tempat yang dekat dengan kandang hewan hendaknya dihindari. Uap maupun kotoran dari hewan  dapat menyebabkan tanaman jamur terkontaminasi lalu menjadi jamur beracun.

Untuk pemasaran, hasil panen budidaya jamur dilakukan oleh siswa SMA Negeri Bali Mandara (Sampoerna Academy). Sebelum dijual, siswa memberikan kemasan yang bagus agar bisa menarik pembeli. Jamus yang sudah dikemas dijual di sekitar daerah Kubutambahan seperti tempat pariwisata Air Sanih. Selain itu, hasil panen budidaya jamur ini juga dijual di kantin sekolah. Usaha ini juga menerima permintaan jamur dari masyarakat luas. Budidaya jamur di Smanbara diharapkan dapat menjadi panutan bagi generasi muda lainnya sebagai bekal menciptakan lapangan kerja sendiri. [Linda & Dewi, Siswa Jurnalistik SMAN Bali Mandara (Sampoerna Academy/MB)