_DSC0598

Simakrama Gubernur  di Wantilan DPRD Bali, Sabtu (2/7).

Denpasar, (Metrobali.com) –

Keresahan masyarakat atas peredaran vaksin palsu mengemuka dalam pelaksanaan Simakrama Gubernur yang berlangsung di Wantilan DPRD Bali, Sabtu (2/7). Menyikapi hal tersebut, Gubernur Bali Made Mangku Pastika meyakinkan masyarakat bahwa vaksin palsu belum terindikasi beredar di Bali. Meski demikian,  pihaknya telah melakukan sejumlah langkah responsif pasca terungkapnya kasus vaksin palsu tersebut. “Begitu mendengar informasi mengenai vaksin palsu, saya langsung minta Kadiskes melakukan sidak ke rumah sakit, praktek dokter hingga bidan swasta,” ujarnya. Bahkan ketika ada informasi bahwa vaksin palsu sudah beredar di Denpasar, dia langsung minta Kapolda Bali bekoordinasi dengan Bareskrim Polri. “Syukur, setelah dicek ternyata tidak ada,” ujarnya meyakinkan.

Sama seperti kecemasan orang tua pada umumnya, Pastika pun mengaku merasakan hal yang sama. Menurutnya, pemalsuan vaksin adalah kejahatan luar biasa dan menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup anak-anak yang seharusnya mendapat proteksi dari sejumlah penyakit.

 _DSC0887

Menurut dia, kasus ini mengindikasikan makin merosotnya moral manusia. “Banyak orang menghalalkan segala cara untuk keuntungan pribadi,” tandasnya. Untuk itu, Pastika kembali menekankan pentingnya pembentukan karakter anak, khususnya yang masuk kelompok generasi Z (kelahiran 1995-2010). Mereka lahir dan dibesarkan di era digital dengan aneka teknologi canggih. Sejak kecil, mereka sudah akrab dengan berbagai gadget yang akan berpengaruh terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian mereka. “Anak-anak sekarang lebih tertarik dengan gadget, susah sekali mengajak mereka sekedar jalan-jalan,” imbuhnya.

Menyikapi persoalan ini, Pastika menilai harus ada langkah nyata agar perkembangan teknologi itu tak membawa dampak negatif bagi perkembangan anak. “Coba bayangkan bagaimana perkembangan motorik mereka kalau dibiarkan terus menerus main gadget,” ujarnya. Untuk itu, dia minta masukan para tokoh dan pemerhati anak untuk merancang kegiatan positif yang bisa diberikan bagi anak-anak, khususnya di masa liburan.

Masih terkait kemajuan teknologi, Pastika juga menanggapi keluhan Ketut Wenten Ariawan yang mengeluhkan banyaknya oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan medsos untuk menghujat, memaki dan menyebar kebencian. Terhadap keluhan tersebut, Pastika mengingatkan para netizen (sebutan bagi warga pengguna internet,red) agar tidak menggunakan jejaring media sosial untuk memaki orang dan menyebar kebencian. Kata Pastika, mereka yang suka memaki di medsos adalah orang yang sudah kehilangan sifat kesatria. Dia menghimbau, mereka yang suka ngomel di medsos memanfaatkan media penyampaian aspirasi yang sudah disediakan Pemprov Bali yaitu Simakrama dan Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS). Namun jika masih saja menyebar kebencian, pihak yang merasa dirugikan bisa melapor ke pihak kepolisian.
Simakrama kali ini juga diwarnai penyampaian aspirasi dari I Wayan Setiawan dari Bongkasa yang
mengaku prihatin terhadap rendahnya minat generasi muda menekuni sektor pertanian. Karena itu, dia berharap perhatian pemerintah agar sektor pertanian tak ditinggalkan. Sependapat dengan Setiawan, Pastika menyebut bahwa Pemprov Bali sudah melakukan upaya untuk merangsang generasi muda terjun di sektor pertanian. “Kita punya program Simantri yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan para petani, sehingga anak muda tertarik untuk menekuni sektor ini,” sebutnya.

Berikutnya ada I Wayan Suata dari Legian yang menyampaikan dukungan terhadap semangat perubahan. Sementara I Nengah Punia dari Desa Pakraman Tamblingan mengeluhkan sejumlah warga yang tak mendapat layanan administrasi. Pastika minta Sekda Provinsi Bali Cokorda Ngurah Pemayun menindaklanjuti persoalan ini. Selanjutnya Pak Ogah Taman Pancing dan Petrus Yuriko menyampaikan kerusakan jalan dan jembatan di seputaran Denpasar dan Tabanan. Sementara I Gede Wijaya Saputra dari Padang Sambian Kelod menyampaikan harapan segera terbangunnya SMPN 13 Denpasar yang sudah direncanakan sejak tahun 2007. Wijaya Saputra berharap Gubernur memfasilitasi karena sekolah tersebut akan dibangun di atas lahan Pemprov. Pastika memerintahkan Sekda Provinsi Bali untuk menyelesaikan pesoalan ini agar sekolah itu dapat segera dibangun. “Tak ada hambatan untuk dunia pendidikan, harus segera diselesaikan,” ucapnya. Berikutnya tampil Wayan Suantika dari Yayasan Dana Abadi Bali yang berharap masukan dari berbagai pihak untuk melaksanakan program yayasan yang difokuskan pada peningkatan kualitas SDM Bali. AD-MB