Denpasar (Metrobali.com)-

Selama Gubernur Bali Made Mangku Pastika berobat di Singapura, berbagai isu negative menerpanya. Mulai dari kena santet, kiriman angin dari balian sakti, sampai dengan mengatur strategi politik menjelang Pilgub 2013. Semua itu dibantah oleh Mangku Pastika. ‘’Tidak benar semua itu,’’ katanya kepada awak Redaksi media di Bali, Sabtu (11/8) di rumah jabatan gubernur Jaya Sabha, Denpasar.

Tidak benar ada anggapan angin kiriman, strategi bintang tiga atau perkiraan lainnya. ‘’Tidak ada leak. Tidak ada strategi. Selama berada  di Singupara kerena semata-mata alasan  fisik. Tidak ada taktik, tidak ada strategi. Saya terbuka. Tidak ada yang disembunyikan,’’ kata Mangku Pastika.
Ia menegaskan, memang selama perawatan di Singapura perlu proses. Namun, yang penting bagi saya, bahwa sekian minggu dalam proses perawatan itu sebagai pencerahan. Selain itu, saya juga ingin sekalian istrirahat, setelah itu saya ingin nulis.
Dikatakan, ‘’Otak saya sampai saat jernih. Kalau ada leak di Bali memang ada. Tetapi leak itu akan mencari orang orang yang jahat. Pada dasarnya semua manusia baik. Tapi belakangan ada juga orang jahat. Saya bermain pada tataran normative saja. Saya mantan resersa dan bertindak  berdasarkan hukum dan aturan yang ada.

Kepergian Mangku Pastika berobat ke Singapura tidak ada hubungan dengan perseteruan dengan Bali Post. Itu murni ingin berobta. ‘’Saya berangkat tanggal 11 Juli. Dicek kesehatn tanggal 12 Juli. Diputusan oleh dokter ahli jantung setempat  bahwa saya disarankan untuk oprasi jantung Baypass.

‘’Dan saya percaya keadilan itu masih ada. Jadi tidak perlu dipikirkan. Sebenarnya soal sidang itu juga ga serius serius amat. Karena saya tahu yang benar itu pasti benar, yang salah itu pasti salah. Tidak mungkin yang putih jadi hitam, hitam jadi putih. Apalagi kasus ini menjadi sorotan banyak orang,’’ katanya.

‘’Saya ini praktisi hukum, jadi tidak mungkin saya mengambil sikap ragu-ragu. Banyak pertimbangan. Jadi saya sih tenang-tenang aja, Dan saya tahu sejak awal bahwa gugatan saya tersebut bakal terpenuhi. Saya juga tidak ragu. Kalau ragu, pasti saya tidak akan melakukan gugatan.

Karena itu, kata Pastika, ini merupakan satu langkah besar dalam kehidupan pers di Bali. Jadi saya yakin keadilan pasti ada. Sebenarnya waktu saya sadar itu, saya sudah berpikir sudahlah, selesailah sudah. Apalagi setelah saya nulis puisi di Singapura. Saya diajar untuk tidak amarah, tidak dendam, dan iri hati.

Mangku Pastika menginginkan Bali ini damai. ‘’Oleh karena itu, saya berharap tidak banding dan ada yang komunikasi dengan saya sehingga selesai tidak perlu dimuat dikoran gede-gede. Tidak perlu mikirin gugatan saya. Saya anggap selesai. Saya anggap sudah lama dimaafkan oleh saya.’’

Dikatakan, sebelum menggugat BP, itu perlu proses berfikir. Apalagi setelah saya mendengar tanggal 17 Juli  gugatan dikabulkan. Saya harapkan tidak banding. Tapi saya dengar banding. Berarti yang bersangkutan belum tau salahnya sampe sekarang.

‘’Sebenarnya saya kasian dan saya juga prihatin. Ya mungkin ada yang bisa menyampaikan kepada yang bersangkutan. Saya sudah selesaikan ini, tidak perlu berkepanjangan. Akan tetapi ,  karena banding ini kan masalah hukum, maka harus dijawab secara hukum pula. Tapi mungkin lagi orang berfikir lain, punya kepentingan lain, apa boleh buat. Tapi tidak dengan marah, tidak dengan dendam. Saya berusaha menghapuskan semua itu dari diri saya,’’ katanya.

Kalau hal ini bisa dikendalikan, maka Bali ini akan benar benar menjadi paradise pulau surga. Pulau yang damai. Itulah keputusan itu, jadi tidak ada santet. Saya memang sakit secara fisik yang harus diperbaiki dan sekarang sudah diperbaiki .  SUT-MB