Mangupura (Metrobali.com)-

Sebanyak 325 Sulinggih/ Pedanda Siwa Budha Se-Nusantara (Dharmagosana) dan 550 Bharmana Walaka, Sabtu (6/7) lalu memadati Wantilan Pura Taman Ayun Mengwi guna mengikuti Paruman Agung Ida Pedanda Siwa-Budha Se-Nusantara yang rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali setiap wuku bala. Paruman Agung tersebut dibuka oleh Penglingsir Dharmagosana Pusat Ida Pedanda Gede Made Gunung ditandai dengan pemukulan gong. Ada dua makalah (kriya patra) yang menjadi pokok bahasan yakni Pamarisudha Jagat Kali Sanghara dan Tingkahing Pujawali Mapadudus Alit.

Paruman agung  juga dihadiri Penglingsir Dharmagosana Kab. Badung Ida Pedanda Gede Pemaron Mandara, Bupati Badung A.A. Gde Agung, Ketua Dharmapedesa Badung IB Anom Bhasma, Pemucuk Karya IB Anom, SKPD dilingkungan Pemkab Badung serta prajuru se-Desa Adat Mengwi. Paruman dibuka dengan kidung Dwijendra Stawa dan Astapaka Stawa. Hal yang menarik dalam paruman ini, keterlibatan krama desa adat Mengwi khususnya ratusan ibu-ibu PKK yang melaksanakan peed dengan membawa rayunan ida pedanda. Peed yang diiringi tabuh bleganjur dimulai dari Puri Ageng Mengwi menuju Pura Taman Ayun.

 

Dalam dharma wecananya Penglingsir Dharmagosana Pusat Ida Pedanda Gede Made Gunung menekankan bahwa, melalui paruman agung ini diharapkan akan mampu terbangun komunikasi yang baik serta menyatukan persepsi diantara pasemetonan Ida Pedanda mengenai perbedaan pemahaman sastra-sastra agama hindu sehingga kedepannya Ida Pedanda dapat mengayomi umatnya.
Dikatakan, di zaman kali sanghara ini dalam pelaksanaan upacara yang dilakukan umat Hindu di Bali memang berbeda antara satu daerah/kabupaten dengan daerah lainnya, perbedaan ini sering memunculkan kebingungan dan saling merasa benar. “Selama masih ada yang bilang itu benar atau salah, mencerminkan kurang mendalami ajaran agama,” jelasnya.
Disebutkan, dalam kitab suci agama hindu yaitu Weda menyebutkan bahwa tidak harus pelaksanaan upacara/upakara itu sama, namun yang diharapkan kebersamaan.
Lebih lanjut dijelaskan, paruman agung ini sudah memasuki putaran ke-3, dalam paruman kali ini disamping untuk memantapkan komunikasi dan penyamaan persepsi, para peserta tentunya Ida Pedanda diarahkan untuk bisa mengerjakan karya tulis sesuai sastra-sastra dan dapat mengambil sebuah keputusan.

 

Bupati Badung A.A. Gde Agung yang juga Penglingsir Puri Ageng Mengwi menyambut baik pelaksanaan Paruman Agung Pasemetonan Brahmana, Siwa Bhuda ini. Paruman ini dinilai sangat sejalan dengan tujuan Pemerintah Kabupaten Badung guna meningkatkan sradha dan bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Diharapkan paruman dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan keputusan yang dapat dijadikan pedoman bagi umat dalam menjaga kelestarian adat, seni dan budaya Bali sehingga terciptanya kerahayuan jagat yang shanti dan jagadhita.

 

Sementara Penglingsir Dharmagosana Badung Ida Pedanda Gede Pemaron Mandara didampingi Ketua Dharmapedesa Badung IB Anom Bhasma menyampaikan, tujuan paruman agung ini guna menyamakan persepsi tentang sastra-sastra agama, menyikapi kondisi jagat saat ini. Sehingga diharapkan tidak ada penafsiran yang berbeda mengenai sebuah upacara. IB Anom Bhasma menambahkan dalam pembahasan makalah juga sudah ada tim perumus sehingga hasil dari paruman ini dapat dijadikan pedoman bagi Ida Pedanda, Pemerintah maupun  masyarakat. Ditambahkan, selain Ida Pedanda Siwa-Budha dari Bali, Paruman Agung juga diikuti Ida Pedanda dari luar Bali diantaranya dari Jakarta, Sulawesi, Kalimantan dan Lombok. GUNG-MB