Denpasar (Metrobali.com)-
Ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Bali Nyoman Gede Suweta melontarkan gagasan agar Provinsi Bali dikelola melalui satu manajemen saja. Untuk mewujudkan hal itu, maka otonomi harus berada di tingkat provinsi, bukan di kabupaten/kota.

Hal itu dikatakan mantan Wakapolda Bali saat memberi pembekalan kepada caleg yang akan merebut kursi DPRD Bali melalui Pemilu 2014.

Ia berharap calog yang lolos menduduki kursi DPRD untuk memperjuangkan gagasan tersebut. Ia mengistilahkan pengelolaan satu atap itu dengan sebutan “one island management”. Bali, tutur Suweta, memiliki potensi yang begitu besar untuk terus berkembang.

Tetapi, meskipun beberapa daerah di Bali memiliki potensi sama, namun keunggulannya tetap berbeda. “Karangasem dan Buleleng sama-sama mengedepankan pertanian. Tapi Karangasem mengunggulkan salak, sementara Buleleng anggur,” ujar dia, Rabu 3 Juli 2013.

Selama ini, Suweta menegaskan jika masyarakat Bali kadung terbuai dengan pariwisata. Padahal, Suweta melanjutkan, pariwisata demikian riskan dan sangat sensitif. “Ada masalah sedikit goncang. Mestinya Bali tak hanya mengandalkan pariwisata saja. Potensi lain juga harus dikembangkan. Itu bisa terlaksana jika Bali dikelola satu manajemen,” tegas dia.

Kota Denpasar misalnya, melihat Kabupaten Badung begitu kaya dari pajak hotel dan restoran. Tak mau ketinggalan, maka Kota Denpasar pun membangun banyak sekali hotel dan restoran. “Apakah itu tepat dengan tagline “Denpasar kota berwawasan budaya? Apakah itu menjamin kesejahteraan masyarakat?” Suweta bertanya.

Menurut dia, “one island mangement” harus dijadikan kerangka berfikir pemimpin Bali agar perkembangan perekonomian di Pulau Dewata bisa lebih progresif. Menurut Suweta, urgensi pengelolaan satu manajemen lantaran Pulau Bali yang begitu kecil ini jika pengelolaannya terpisah-pisah berdasarkan kabupaten/kota, maka sulit untuk mencapai percepatan pembangunan.

“Contoh konkret adalah penataan Jalan By Pass Ngurah Rai yang menghubungkan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Di wilayah Kota Denpasar, tamannya ditanami pohon kelapa. Sementara setelah masuk wilayah Kabupaten Badung ditanami pohon palem. Coba kita bayangkan, satu jalur jalan berbeda penataannya karena bupatinya berbeda,” kata Suweta mencontohkan.

Hal lainnya, kata dia, tak sedikit bupati/walikota melobi menteri di Jakarta untuk memperjuangkan pembangunan di wilayahnya. Pada satu obyek yang sama, dua bupati/walikota memiliki pandangan pembangunan berbeda.

“Para menteri akhirnya tersenyum. Tidak perlu berpikir, karena para bupati di Bali memperebutkan pembangunan tersebut dan akhirnya banyak hal yang tersendat pembangunan di Bali,” jelas dia.

Contoh paling update adalah wacana pembangunan bandara internasional. Bupati Karangasem, Wayan Geredeg merasa daerahnya lebih tepat untuk pembangunan bandara.

Sementara Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana memiliki keyakinan wilayahnya yang paling strategis untuk keberadaan bandara tersebut. “Pemerintah pusat akhirnya bingung mau dibangun di mana bandara internasional ini,” imbuhnya.

Untuk memperjuangkan aspirasi tersebut, Suweta berharap kepada caleg-nya agar berjuang merebut kursi legislatif sebanyak-banyaknya. “Target saya di semua kabupaten ada legislator dari PAN,” demikian Suweta.BOB-MB