Rizal Ramli

Jakarta (Metrobali.com)-

Pakar ekonomi Rizal Ramli menilai jika pemerinatah mendatang mampu melakukan efisien pengelolaan bahan bakar minyak (BBM) maka dapat meningkatkan penerimaan negara hingga mencapai Rp300 triliun per tahun.

“Peningkatan penerimaan negara itu tanpa harus menaikkan harga BBM,” kata Rizal Ramli di Jakarta, Selasa (9/9).

Menurut Riza Ramli, pengelolaan BBM dari hulu ke hilir banyak terjadi inefisiensi dan salah menajemen sehingga subsidi yang diberikan pemerintah tidak tepat sasaran dan hanya menjadi pemborosan.

Ia menilai, dari sekitar Rp300 triliun anggaran subsidi BBM hanya sekitar Rp150 triliun yang sampai ke masyarakat, sedangkan selebihnya terjadi pemborosan karena adanya inefisiensi serta salah manajemen.

“Pemerintah mendatang harus berani melakukan efisiensi pengelolaan BBM dari hulu ke hilir untuk meningkatkan penerimaan negara tanpa meniakkan harga BBM,” katanya.

Pendiri lembaga Econit Advisory Group ini mengusulkan beberapa skema efisiennya pengelolaan BBM yang jika dilakukan secera bersamaan dapat meningkatkan penerimaan negara secara optimal.

Efisiensi tersebut yakni, membuat produk BBM baru yang biaya produksinya lebih murah, membangun kilang minyak, memberantas mafia migas, serta efisiensi biaya perjalanan dinas pejabat.

Jika semua hal tersebut dilakukan secara simultan dan saling bersinergi, maka pemerintah mendatang dapat meningkatkan perolehan negara mendapai Rp300 triliun.

Menko Perekonomian pada pemerintahan Presiden KH Aburahman wahid menjelaskan, salah satu skema usulan efisiensi pengelolaan BBM adalah dengan membuat produk baru BBM bersubsidi yang diusulkan diberi nama BBM Rayat.

Produk BBM baru tersebut dengan kandungan oktan sekitar 80-83 persen sehingga biaya prukdisnya lebih murah.

BBM bersubsidi yang dijual Pemerintah melalui satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) yakni premium, kandungan oktannya 88 persen.

“Kandungan oktan 88 persen itu tinggi, untuk BBM bersubsidi,” katanya.

Di sisi lain, Rizal mengusulkan, agar BBM super seperti pertamax dan pertaman plus yang dikonsumsi untuk kendaraan pribadi harganya dinaikkan.

Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.000 serta pertamax plus dari Rp13.000 menjadi Rp15.000.

“Untuk membedakan bahan bakar rakyat dan BBM super, sebaiknya dibedakan warannya, misalnya BBm rakyat berwarna biru dan BBM super berwarna merah,” katanya.

Jika pemerintah mampu membuat produk BBM baru yakni BBM rakyat, menurut Rizal, dari sektor ini Pemerintah dapat meningkatkan penerimaan negara sekitar Rp40 triliun per tahun.

Rizal berharap pemerintahan Presiden joko Widodo dapat melakukan efisiensi dalam pengelolaan BBM sebelum memilih opsi menaikkan harga BBM. AN-MB