nelayan-kedongan-takut-melaut

Ilustrasi–nelayanan

Jembrana (Metrobali,com)-

Paceklik ikan di Kabupaten Jembrana hingga sekarang belum berakhir. Kendati tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian secara umum, namun sejumlah pedagang pasar merasakan omzet penjualannya menurun.

“Secara umum memang paceklik ikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perekonomian di Jembrana, tapi pedagang-pedagang di pasar tradisional mengalami penurunan penjualan” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemkab Jembrana, Made Sudantra, Senin (2/1).

Diakuinya perputaran uang di daerah pesisir khususnya di kawasan industri Pengambengan cukup besar karena menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Sehingga saat paceklik berpengaruh terhadap daya beli ribuan warga nelayan yang mencari nafkah di laut. Sementara awal tahun ini anggaran pemerintah setelah tutup buku belum bisa digunakan, sehingga kesan ekonomi lesu semakin terasakan. karena anggaran dari pemerintah merupakan salah satu penopang perekonomian.

Menurutnya, dalam satu tahun total anggaran Pemkab Jembrana mencapai Rp.1 triliun lebih. Artinya setiap bulan rata-rata hampir R.100 miliar uang pemerintah yang mengalir untuk gaji pegawai dan pembangunan. “Anggaran sebesar jelas sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah” imbuhnya.

Disisi lain Balai Konservasi Sumber Daya Kelautan (SEARCOM) memperkirakan paceklik ikan di Jembrana akan berlangsung hingga bulan Maret 2017 mendatang. Sementara untuk menafkahi keluarganya, para nelayan yang sebagian besar melaut menggunakan perahu selerek untuk mencari ikan jenis lemuru dan tongkol terpaksa bekerja sebagai buruh serabutan.

Madek, salah seorang nelayan mengaku lebih sering merugi saat melaut, karena hasil yang didapat tidak sepadan dengan biaya operasional.

Sementara Arman, nelayan lainnya yang memilih bekerja serabutan mengatakan nelayan yang menggunakan sampan fiber masih diuntungkan, karena nelayan sampan jenis fiber ini bisa mendapatkan hasil dengan menggunakan alat tangkap jaring maupun pancing.

“Dia (nelayan sampan fiber) dua hari sekali bisa melaut malah sampai di Jawa. Memang hasilnya tidak sebanyak saat tidak paceklik, tapi masih untung dibandingkan nelayan perahu selerek” ujarnya. MT-MB