Jembrana (Metrobali.com)-

Kebijakan sekolah SMAN 1 Pekutatan, Jembrana yang melakukan pungutan terhadap siswanya saat pengambilan ijazah, diprotes sejumlah orang tua murid. Orang tua murid menganggap biaya pengambilan ijazah hanya kemauan pihak sekolah semata tanpa ada sosialisasi dan musyawarah. Selain itu besaran biaya yang dikenakan persiswa Rp.100 ribu  juga dirasa terlalu besar.

Dari informasi sejumlah orang tua murid, pungutan biaya Rp.100 ribu itu katanya untuk biaya poto copy dan laminating. Namun dalam menentukan besaran itu tidak melalui musyawarah. Dan bagi yang tidak memiliki tabungan sekolah, dapat langsung dibayarkan ke panitia sekolah. Sedangkan yang memiliki tabungan sekolah, biaya ijazah langsung dipotong dari tabungan. “Anak saya langsung dipotong dari tabungannya. Karena dari Rp.170 ribu, sisa tabungan anak saya saat dibagikan menjadi Rp.70 ribu. Anak saya sempat bertanya, katanya sudah dipotong untuk biaya ijazah” Jelas orang tua murid asal Mendoyo yang namanya tidak mau ditulis, Rabu (10/7).

Hal senada juga disampaikan orang tua murid lainnya. Mereka juga mempertanyakan untuk apa saja biaya tersebut. Pasalnya kalau hanya untuk foto copy dan laminating, biayanya tidak sebesar itu. lalu kemana dan untuk apa sisanya. Apalagi ini tidak melibatkan komite sekolah. “Katanya sekolah di Jembrana gratis. Tapi kenapa ada pungutan seperti ini. Yang tidak bayar juga katanya tidak dapat ijazah” Ungkap orang tua murid lainnya.

Sementara itu, Kepala SMAN 1 Pekutatan I Gde Suyasa  Ardana, Rabu (10/7) saat dikonfirmasi lewat telepon membenarkan adanya pungutan itu. Ia juga mengaku sudah menyampaikan pungutan itu kepada siswa.

Menurutnya uang Rp.100 ribu tidak hanya untuk ijazah saja. Namun untuk cakupan lainnya diantaranya dokumen SKUN, budi pekerti, agama dan muatan lokal. “Semuanya kita fotocopy, masing-masing dokumen 10 lembar. Sehingga totalnya 50 lembar” Jelasnya.

Selain itu, dikatakannya juga untuk biaya laminating dan map khusus dengan logo sekolah. Sehingga nantinya file siswa menjadi rapi. MT-MB