Denpasar (Metrobali.com) –

 

Buku tentang ‘Sustainable Development Goals’ (SDGs) Desa Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan dinilai layak dijadikan referensi dalam memacu pertumbuhan pembangunan sebab didalamnya memuat 18 pointer SDGs sudah dapat dijelaskan dengan uraian yang bagus dan kelompok-kelompok yang harus disentuh dalam suatu proses pembangunan desa pun sudah jelas namun hanya masalah anak dan lansia yang kurang diperdalam.

Hal tersebut dikemukakan oleh Nyoman Parta, anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi Perdagangan, Perindustrian, Koperasi UKM, BUMN, Investasi dan Standarisasi saat Bedah Buku SDGs Desa Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan di Kubu Kopi, Denpasar, Rabu (30/12/2021).

“Namun dikarenakan baru berupa pointer-pointer nantinya mungkin akan diturunkan lewat praktek dan politik anggaran yang dimiliki oleh desa sehingga akan lebih konkret seperti bagaimana cara untuk mengurangi kemiskinan? Berapa besar biaya yang dimiliki desa itu untuk melakukan proses-proses pemberdayaan? Artinya pemberdayaan tentang bagaimana membangun ekonomi produktif dan jangan hanya menjadi berupa fisik saja,” terang Partha.

Hal lain menurutnya yang tak kalah penting adalah menyangkut sanitasi lingkungan agar tidak banyak jentik, sampah plastik, got yang macet, ketersediaan jamban artinya bagaimana diajarkan kepada rakyat terkait pola hidup bersih.

“Persoalan lainnya, kebanyakan desa kurang memilki sumber daya kaum intelektual untuk membangun desa, mayoritas penduduk aslinya lebih memilih tinggal di kota dan jarang pulang kampung sehingga terjadi kesenjangan dan surplus intelektual ketimbang di desa,” tuturnya.

Sementara itu Kabid PUEM Kawasan Perdesaan Dinas PMD Bali Ir. I Nengah Suta Maryana, MMA mengatakan secara umum kondisi desa di Bali secara nasional selangkah lebih maju. Bahkan rangking 1-8 ada di Bali. Meski demikian ke depan desa ini harus lebih maju lagi agar bisa mengurangi angka kemiskinan dan menciptakan desa yang mandiri dan kuat.

“Jadi sekarang yang dibutuhkan adalah pemimpin (perbekel) yang memiliki visi yang matang untuk membangun desa tanpa diintervensi oleh urusan politik,” terangnya.

Ditegaskan desa tak bisa dilepas begitu saja. Perlu sinergitas untuk majukan desa. Saat ini desa lebih berorientasi kepada infrastruktur. Ke depan agar lebih ke SDM sehingga masyarakat desa bisa menikmati kue sesuai potensinya.

 

Pewarta : Hidayat