Gianyar (Metrobali.com)

Keberadaan museum-museum di Indonesia hingga saat ini masih
terabaikan. Bahkan citranya cenderung negatif yakni hanya sebagai gudang
penyimpanan barang rongsokan yang tak bernilai.
Pernyataan itu disampaikan Ketua Himpunan Museum (Himusba) Bali , I Nyoman
Gunarsa ketika tampil sebagai pembicara pada acara Workshop Gerakan
Nasional Cinta Museum di Arma Museum Ubud, Bali, Kamis (15/12).
“Imagenya selalu negatif, museum itu dianggap sebagai gudang tempat
penyimpan barang rongsokan belaka yang tidak bernilai,” ujar Nyoman
Gunarsa.
Bagi Gunarsa, hal itu dianggapnya  sebagai pengertian yang paradoks
sebagai bangsa dalam mengisi kemerdekaannya seolah-olah set back, bingung
dan kacau dalam pengelolaannya.
Padahal, lanjut Gunarsa yang sudah malang melintang berpameran seni lukis
di mancanegara ini, museum adalah tempat penyimpanan karya yang mengandung
filasafat dan nilai estetika yang tinggi.
Selama ini, lanjut pemilik Museum Seni Klasik Nyoman Gunarsa di Klungkung Bali
ini, turis-turis lebih banyak  diarahkan ke objek-objek wisata pantai
seperti Kuta di Bali untuk berenang, ke gunung seperti Tangkuban Perahu
Jawa Barat, atau Danau Samosir di Sumatra atau Danau Kalimutu di Nusa
Tenggara Timur. Dan jarang menggiring ke museum seperti Museum Gedong Arca
di Jakarta, atau Museum Sono Budoyo di Yogyakarta sehingga nyaris sepi
tanpa pengunjung.
Terkait kondisi tersebut, Gunarsa memohon kepada Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif agar lebih memberi perhatian terhadap keberadaan
Museum Wisata Budaya.
“Kepariwisataan tanpa didukung wisata budaya adalah timpang dan mustahil
bisa sukses karena alam Indonesia juga banyak saingannya dengan alam di
negara-negara lain seperti Hawaii, sungai Missisipi dan Amazone di
Amerika,” papar Gunarsa dengan gaya khasnya.
Keberadaan museum, menurut Gunarsa, bisa juga berperan sebagai pemersatu
bangsa. Dia contohkan adanya berbagai hasil budaya mulai dari Aceh hingga
Papua yang memiliki berbagai kekayaan,  perbedaan tapi juga
kesamaan-kesamaan yang sangat penting dalam mengikat kita sebagai satu
kesatuan bangsa.
Selain itu, lanjut Gunarsa, museum juga menjadi dasar pembentukan karakter
bangsa, misalnya dengan mempelajari hasil-hasil karya nenek moyang yang
adiluhung. (rus)