ILustrasi

Oleh : Jro Gde Sudibya

Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Caka 1945, Rabu, 22 Maret 2023, ditandai oleh Catur Bratha Penyepian, yang direlasikan dengan keheningan. Keheningan, persyaratan lingkungan di luar diri dan kemudian di dalam diri, yang diperlukan untuk perenungan diri, dalam upaya menuju ke ketenangan dan kemudian kedamaian di hati.
Ketenangan pikiran dan kemudian kedamaian hati merupakan “obat” bagi Jiwa dalam realitas kehidupan dewasa ini.
Dari perspektif kesejarahan Bali, kita bisa menyimak sisi-rokhani dari perjalanan kehidupan Ida Dalem Waturenggong, pemimpin Bali di puncak kejayaan kerajaan Gelgel.
Raja yang nama aslinya “lebar” diganti dengan sebutan penuh hormat dari rakyatnya, seorang raja, pemimpin Bali yang selalu pergi ke Batur di mana ada batu bergerak (pengertian “batu bergerak” sebatas simbol) pada sebuah Linggha “ring bucu mati, segara danu tanpa tepi, tepi siring purwa danu Batur”.
Raja dengan garis keyakinan pemuja Tuhan Wisnu, Cri Narayana. Tempat yang bernama Toya Mampeh, tepatnya To Iye Yeh Mampeh, “ring wewidangan” Danau Batur, menggambarkan keyakinan ydm.
Di palebahan Batur dan di beberapa tempat lainnya dalam “tirtha yatranya”, dibangun “Pura”(dalam pengertiannya yang khas), di tengah hutan yang sunyi, tenang nan damai, dengan dan tanpa simbol. “Pura” yang merupakan bagian dari hutan, yang persyaratan pokoknya mereka yang “tangkil”harus diam, dalam kediaman, dan puranya diberikan nama PURA MENENG.
Pemimpin yang mendasari laku kehidupan dan kepemimpinannya, berangkat dari perenungan diri, dalam diam (meneng) mencoba membangun relasi dengan Tuhan. Melahirkan kejernihan dan kemudian spirit kepemimpinan yang membawa kerajaan Gelgel pada puncak kejayaannya.
Pemimpin yang bersetia kepada pendahulunya yang jauh, sebut saja Raja Istri – Suami Gunapriya Dharmapatni – Udayana Warmadewa dan Cri Aji Jayapangus, sehingga kepemimpinannya bercirikan keberlanjutan, menjadi peninggalan, warisan yang melegenda sampai dewasa ini. Sebut saja, bagi para pragina tari topeng, sering pragina ini berpendapat bahwa yang dilakukan mengenang dan menghormati kepemimpinan Ida Dalem, dan merasa terhormat dapat melakonkan peran Ida Dalem.

Jro Gde Sudibya, pendiri dan sekretaris Yayasan Kuturan Dharma Budaya, LSM yang mensosialisasikan pemikiran Mpu Kuturan Raja Kertha.