Denpasar (Metrobali.com)-

Baru saja kita memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-84, dimana segenap pemuda-pemudi dari berbagai pelosok Kepulauan Nusantara menyatukan tekad untuk bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu, Indonesia.  Tapi melihat peristiwa yang terjadi di Lampung Selatan, National Integration Movement (NIM) amat menyesalkan timbulnya kembali konflik kekerasan berdarah di Lampung Selatan, dan lambatnya aparat pemerintah dalam menangani permasalahan ini.

Hal itu dikatakan Dr. Wayan Sayoga, Direktur Eksekutif National Integration Movement dalam siaran persnya, Kamis (1/11) yang diterima Metrobali.com.

Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia dilanda rentetan kekerasan antara kelompok masyarakat pendatang dengan kelompok masyarakat lokal. Perbedaan kebiasaan, kepercayaan, agama dan etnis selalu dijadikan kambing hitam pemicu konflik, padahal kita semua berbagi akar budaya yang sama.

Rentetan kekerasan yang terjadi pada masyarakat Muslim di Ambon, Ahmadiyah di Mataram, Kristen di Poso, Syiah di Sampang, Kaharingan di Kalimantan Tengah dan sekarang Hindu-Bali di Lampung Selatan semestinya bisa dihindari bila kita dapat memandang perbedaan ini sebagai rahmat keberagaman dalam kerangka kebersamaan sebagai anak-anak bangsa dari seorang Ibu Pertiwi, Indonesia. Walaupun berbeda-beda, kita semua Orang Indonesia!

National Integration Movement  juga menyerukan ketegasan dari perangkat aparat penegak hukum, terutama Presiden Republik Indonesia dan aparat kepolisian agar bertindak tegas terhadap kelompok-kelompok yang mendahulukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, dan kelompok-kelompok yang ingin menyeragamkan dan mengganti keberagaman budaya Nusantara.

Karena itulah National Integration Movement bersikap mengajak segenap elemen masyarakat dari berbagai latar belakang manapun untuk meneguhkan komitmen dan menjaga kesatuan dan keutuhan  bangsa sesuai kesepakatan para pendiri bangsa RI yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur budaya bangsa. Menyerukan penghentian aksi biadab, penyerangan, pembantaian dan penjarahan  yang dilakukan kelompok masyarakat tertentu terhadap masyarakat Hindu Bali di Kampung Bali Nuraga, Lampung Selatan.

Selain itu, National Integration Movement meminta penegak hukum sudah mampu mengungkap dan menangkap orang-orang, atau provokator atau siapapun yg terlibat dalam aksi biadab tersebut dalam waktu singkat. Aparat penegak hukum  harus mampu bertindak tegas terhadap tindak kejahatan, dan harus  memberikan kepastian hukum dan jaminan keamanan bagi setiap anak bangsa. Bukan sebaliknya malahan membiarkan penyiksaan, pembunuhan yang terjadi di depan mata yang  bahkan sudah kesekian kalinya terjadi.

Apa yang terjadi  kali ini terhadap masyarakat Hindu Bali di Lampung Selatan bukan sekadar persoalan yg dilatari oleh adanya  kecemburuan sosial, SARA, etnik, namun harus kita pandang sebagai  sesuatu yang dapat berdampak lebih buruk yakni terancamnya keutuhan dan terjadinya perpecahan bangsa dan negara kita.

Selanjutnya, National Integration Movement meminta dengan lantang supaya Presiden RI SBY bertindak jelas, tegas dan keras terhadap tindakan barbar  atas pembunuhan dan penjarahan yang menimpa masyarakat Hindu Bali yang ada di Lampung. Mendukung upaya aparat untuk  penegakan hukum yang tegas, tidak pandang bulu dan  adil  terhadap kasus Bali Nuraga sehingga tidak ada lagi kejadian serupa di kemudian hari yang menimpa kita. SUT-MB