Foto: Pemerhati pertanian Tjok Istri Ngurah Roosany, yang juga merupakan Wakil Ketua Bidang Pertanian, Peternakan & Kemandirian Desa DPW Partai NasDem Provinsi Bali (tengah) saat bersama petani.

Denpasar, (Metrobali.com)-

Pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk bangkitnya sektor pertanian Bali ketika sektor pariwisata yang menjadi penopang utama perekonomian Bali terpuruk bahkan mendekati titik nol.

Kini geliat masyarakat Bali kembali bertani sudah mulai muncul, namun belum bisa dikatakan bisa menjadi pondasi yang kuat jika tidak ada keberpihakan perhatian yang serius dari pemerintah daerah.

Termasuk yang menjadi pekerjaan rumah besar adalah bagaimana merenegerasi petani, pencetak petani baru dari kalangan anak-anak muda, bahasa kerennya adalah petani milenial.

Hal inilah yang menjadi sorotan pemerhati pertanian Tjok Istri Ngurah Roosany, yang juga merupakan Wakil Ketua Bidang Pertanian, Peternakan & Kemandirian Desa DPW Partai NasDem Provinsi Bali.

Dirinya belum melihat ada kebijakan strategis, aksi dan program konkret yang berkesinambungan dari Gubernur Bali Wayan Koster untuk menyiapkan regenerasi petani dan mencetak lebih banyak petani milenial dari Pulau Dewata yang akan menjadi aktor utama dalam menjaga ketahanan pangan di Pulau Seribu Pura ini.

“Belum ada aksi konkret untuk mencetak lebih banyak petani milenial. Tidak ada by desain atau grand desain dan road map atau peta jalan yang jelas melahirkan petani milenial dan menguatkan sektor pertanian Bali,” kata politisi perempuan NasDem yang akrab disapa Tjok Rosa ini, Rabu (29/12/2021).

Partai NasDem yang mengusung gerakan perubahan dan juga menaruh perhatian serius terhadap pembangunan sektor pertanian Pulau Dewata, menegaskan dukungannya terhadap konsep Ekonomi Kerthi Bali yang salah satunya kembali mengangkat sektor pertanian sebagai salah satu sektor unggulan.

Namun upaya menghidupkan dan menguatkan sektor pertanian sebagai salah satu unggulan perekonomian Bali harus didukung dengan upaya serius pemerintah mencetak SDM di pertanian yang tentunya tidak hanya memahami aspek hulu dan hilirisasi pertanian namun cukup punya kecakapan dan penguasaan teknologi yang baik serta dapat membaca trend bisnis pertanian masa depan.

“Sudah menjadi tugas pemerintah menyiapkan SDM yang mumpuni dan berkualitas di sektor pertanian. Karena selama ini salah satu masalah besar ini adalah petani kita mayoritas sudah tua-tua dan tidak punya dasar pendidikan yang kuat, pengetahuan dan penguasaan skill pertanian yang komprehensif juga masih lemah,” kata Tjok Rosa yang sudah lama bergelut di sektor pertanian.

Karena dia berharap Pemprov Bali dapat merancang program untuk melahirkan lebih banyak petani muda, petani milenial SDM yang unggul di sektor pertanian. Bahkan ia menyarankan Gubernur Bali mampu meniru program petani milenial yang dijalankan Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil.

Program Petani Milenial di Jawa Barat bertujuan menumbuhkembangkan kewirausahaan muda pertanian di Jabar, mengubah wajah pertanian menjadi segar, agar generasi milenial tertarik menjadi petani dengan pemanfaatan teknologi digital, menciptakan pertanian maju, mandiri dan modern, serta mengurangi problem ketersediaan tenaga kerja pertanian di Jabar.

“Saya rasa Pak Gubernur Bali bisa meniru apa yang dilakukan Gubernur Jawa Barat. Buatkan program petani milenial. Buatkan di desa-desa pelatihan petani milenial yang dimotori Dinas Pertanian sinergi dengan berbagai stakeholder, harus ada juga pendampingan berkelanjutan dari PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan),” katanya.

“Jadi PR Pak Gubernur harus lebih banyak cetak petani milenal, kalau bisa sekolahkan khusus pertanian modern. Ajak anak-anak muda studi banding melihat pertanian sukses ke luar negeri,” sambung perempuan lulusan S-1 Manajemen Undiknas dan S-2 Agribisnis Universitas Udayana ini.

Seperti diketahui Gubernur Bali Wayan Koster berupaya membangun Bali Era Baru dengan kekuatan transformasi ekonomi yang tidak lagi hanya bertumpu pada sektor pariwisata tapi mengangkat dan menggali potensi sektor unggulan lainnya untuk menyeimbangkan struktur ekonomi Bali dengan basis ekonomi hijau, ekonomi ramah lingkungan dan ekonomi sirkular.

Konsep itu disebut Gubernur sebagai Ekonomi Kerthi Bali yang memiliki 6 sektor unggulan sebagai Pilar Perekonomian Bali, yaitu Sektor Pertanian dalam arti luas termasuk Peternakan dan Perkebunan, Sektor Kelautan/Perikanan, Sektor Industri, Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi, Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital dan Sektor Pariwisata.

Ekonomi Kerthi Bali dengan 6 sektor unggulan ini akan mewujudkan perekonomian Bali yang harmonis terhadap alam, berbasis sumber daya lokal, menjaga kearifan lokal, hijau/ramah lingkungan, berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. (wid)