Kalista

Kalista, sahabat Margriet kala memberi kesaksian di Pengadilan Negeri (PN) Denpasar, Kamis 10 Desember 2015.
Denpasar (Metrobali.com)-
Malang nian nasib bocah mungil Engeline. Semasa hidupnya, bocah delapan tahun itu selalu menyantap mie instan dan telur ceplok untuk menu makannya tiap hari. Hal itu disampaikan Kalista, sahabat Margriet kala memberi kesaksian di Pengadilan Negeri (PN) Denpasar, Kamis 10 Desember 2015.

Ia melanjutkan, jarang sekali melihat Engeline menyantap makanan. Jika tak meminta, bocah mungil itu dipastikan tak dapat mengisi perutnya yang keroncongan. “Kalau tidak minta tidak dikasih,” katanya.

Yang lebih membuat miris, Kalista menyebut sejak berusia tiga tahun bocah yang dibunuh secara sadis itu tak pernah dimandikan. Sambil menangis di hadapan Ketua Majelis Hakim Edward Harris Sinaga itu Kalista menyebut jika ia seringkali memandikan Engeline.

“Sejak usia tiga tahun tidak pernah dimandikan. Saya sering kasih makan dan menyuapi Engeline. Saya juga sering memandikan dan menyisir rambutnya,” kenang Kalista.

Suatu hari, Kalista melanjutkan, kala ia memandikan Engeline ia mendapati paha yang duduk di bangku kelas 3 SD itu memar. “Saya tanya kenapa, kata Engeline dicubit mami. Engeline mengacak-acak tas Margriet. Dia dimarahi dan dicubit pahanya,” terang Kalista.

Sepengetahuannya, Engeline juga seringkali dimarahi untuk sebab tak jelas. Jika dipanggil tak mendengar, maka nada suara Margriet akan berubah berteriak. “Sering dimarahin. Kalau sudah marah pantatnya dipukul keras sekali. Dipukul pakai gagang sapu ijuk pernah. Itu masih usia tahun,” katanya.

Jika ditegur agar tak memperlakukan Engeline dengan kasar, Margriet tak mempedulikannya. “Saya pernah tegur, kasihan dong bu, Engeline. Jangan digitukan dong bu. Margriet jawab ‘tidak apa. Sudah syukur saya kasih hidup dia’,” tutup Kalista. JAK-MB